Tak Ingin Korban DBD Meluas, Masyarakat Bersama Pemdes Semboro Gelar Fogging

ASCII
Pemberantasan nyamuk dengan fogging di Desa Semboro, Kecamatan Semboro, Rabu (4/12/2019)

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Memasuki musim hujan yang biasanya diikuti dengan banyaknya genangan air, harus menjadi perhatian bersama. Karena genangan air yang muncul akibat dari adanya air hujan ini, akan menjadi sarang berkembang biaknya nyamuk.

Ancaman berkembangnya nyamuk, utamanya aedes aegypti, bisa mengancam jiwa. Itu karena, gigitan nyamuk aedes aegypti, bisa mengakibatkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Nah, dalam rangka mencegah berkembangnya nyamuk aedes aegypti ini, masyarakat bersama Pemerintah Desa Semboro, Kecamatan Semboro, melakukan pengasapan (fogging). Fogging dari hasil swadaya ini dilakukan, karena gejala akan terjadinya wabah DBD sudah terlihat.

“Ini (fogging) inisiatif dari warga, yang didukung pemerintahan desa, koramil, polsek. Apapun kegiatan yang terjait dengan upaya pencegahan teehadap DBD,” jelas Antony, Kepala Desa Semboro, saat ditemui di lokasi pengasapan di Rt 01, Rw 04, Semboro Kidul, Desa Semboro, Rabu (4/12/2019).

Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara fogging ini dilakukan atas swadaya masyarakat. Itu sengaja dilakukan, karena warga dan pemdes setempat tidak ingin ancaman DBD semakin besar dan meluas.

Kades Semboro, Antony bersama Babinsa setempat meninjau kegiatan fogging di pemukiman warga yang terdampak DBD

Terlebih sudah ada dua orang yang terdampak DBD. Dua warga Desa Semboro yang terdampak DBD, yakni Arif Kurniawan, warga Rt 01, Rw 04, Semboro Kidul, Desa Semboro dan Mikayla Naura Firdaus, murid Pos Paud Jeruk IX, Desa Semboro.

“Karena kalau kita menunggu korban secara prosedural, kami gak sampai hati. Kita juga tidak ingin setelah ada korban baru aksyen,” tandas Kades Antony.

Antony menyadari, bahwa pengasapan atau fogging untuk mencegah berkembangnya nyamuk tidak terlalu efektif. Karena meski nyamuk dewasa bisa dibunuh dengan cara fogging, namun telur dan jentik atau larva, masih tetap ada dan bisa menetas serta menjadi nyamuk dewasa.

Karena itu Antony mengimbau warganya di Desa Semboro untuk melakukan gerakan 3M. “Selain fogging ini kita mengimbau kepada warga untuk melakukan 3M,” pesannya.

Gerakan 3M yang dimaksud yakni, menutup, menguras, dan mengubur objek-objek yang mendukung siklus (berkembangnya) hidup nyamuk.

Menutup

Tutuplah segala tempat yang bisa menampung air, baik di dalam maupun di luar rumah. Jika tidak diperlukan, tengkurapkan wadah-wadah yang bisa menampung air di luar rumah agar tidak tergenangi air hujan. Nyamuk betina memanfaatkan air yang tergenang sebagai tempat bertelur.

Menguras

Kuraslah tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, akuarium, dan vas bunga satu hingga dua kali seminggu. Siklus metamorfosis nyamuk, mulai dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa, berlangsung selama 8-10 hari. Dengan mengosongkan tempat-tempat penampungan air secara berkala, Anda memutus siklus hidup nyamuk.

Mengubur

Kuburlah semua objek yang bisa menampung air, seperti kaleng bekas atau wadah plastik. Namun, dalam gerakan 3M yang telah diperbaharui – 3M plus, M yang ketiga ini tidak lagi dianjurkan karena menimbulkan polusi tanah. Kini, pemerintah menganjurkan untuk mendaur ulang sampah-sampah anorganik yang bisa menampung air. (*).