Mengenang Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara, dengan 10 Kutipannya yang Terkenal

  • Whatsapp

LONTARNEWS.COM. I Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara, adalah tokoh pendidikan di Indonesia yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, yaitu suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya priyayi maupun orang-orang Belanda.

Ki Hajar Dewantara lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889 dan meninggal di Yogyakarta, pada 26 April 1959 di usia 69 tahun. Tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara ini oleh pemerintah ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (HPN).

Berikut sepuluh kutipan Ki Hajar Dewantara:

1. “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”

2. “Pengajaran yang diberikan oleh Pemerintah Kolonial hanya untuk dapat menjadi “buruh” karena memiliki “ijazah”, tidak untuk isi pendidikannya dan mencari pengetahuan guna kemajuan jiwa-raga (pasal 2). Pengajaran yang berjiwa kolonial itu akan membawa kita selalu tergantung pada bangsa Barat. Keadaan ini tidak akan lenyap hanya dilawan dengan pergerakan politik saja. Perlu diutamakan penyebaran hidup merdeka di kalangan rakyat kita dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan nasional”

3. “Pembangunan dan Indonesia adalah dua terma yang menjadi mimpi Ki Hadjar Dewantara untuk mengajak-mengajarkan kemandirian,”.

4. “Melalui ngerti, ngrasa, lan ngelakoni (menyadari, mengisyafi, dan melakukan), budi pekerti yang dibentuk untuk merdeka dan mandiri akan hadir adab.

5. RM. Suwardi Suryadiningrat: di dalam tubuhnya yang lemah itu bersemayamlah daya kemauan yang tak terlawan, yang selalu ia menangkan setiap kali ia memperjuangkan sesuatu.

6. Kalau suatu ketika ada orang meminta pendapatmu, apakah Ki Hadjar itu seorang nasionalis, radikalis, sosialis, demokrat, humanis, ataukah tradisionalis, maka katakanlah, bahwa aku hanyalah orang Indonesia biasa saja yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia.

7. “Taman siswa menurunkan mutu pengadjaran dan membawa kita kembali sepuluh tahun ke belakang! Memang kita harus kembali beberapa puluh tahun, kita amat mengingini untuk menemukan “titik tolak” agar kita dapat berorientasi kembali: kita telah salah djalan.

8. “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu. Meskipun mengenyam pendidikan di tempat yang sama dan didik oleh guru yang sama, tentunya setiap murid punya jalannya sendiri-sendiri.”

9. Ing Ngarso Sung Tuladha. Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani (Di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan)

10. Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedangkan merdekanya hidup batin itu terdapat dari pendidikan.

Bedanya pengajaran dan pendidikan: pengajaran untuk memerdekakan lahir (yang kelihatan), sementara pendidikan memerdekakan batin (hati dan jiwa)”. (*).