Tidak Bisa Instan, Membentuk Satuan Pendidikan Adiwiyata Harus Diawali dengan Menanamkan Perilaku Cinta Lingkungan Hidup Pada Insan Sekolah atau Madrasah

Tim Pembina Sekolah Adiwiyata Kabupaten Jember, berfoto bersama, seusai acara pembinaan yang diikuti pengawas madrasah dan seluruh pengajar MTs Baitul Hikmah Tempurejo. Senin (21/06/2021)

Jember.LONTARNEWS.COM. Ada proses panjang yang harus dijalani dan dilalui agar suatu sekolah atau madrasah bisa meraih predikat Adiwiyata. Proses itu menurut Pembina Sekolah Adiwiyata Kabupaten Jember, H Ahmad Fauzi, S.Sos, M.Si, berjalan secara alamiah dan tidak bisa direkayasa dengan dibuat seketika.

“Ada tahapan-tahapan yang secara alamiah tidak bisa dihindari. Penilaian adiwiyata tidak bisa dilakukan dengan cara singkat (instan), tapi butuh waktu,” ungkap Fauzi, dalam kegiatan pembinaan Sekolah Adiwiyata di Tsanawiyah Baitul Hikmah, Tempurejo, Senin (21/06/2021).

Bacaan Lainnya

Tahapan yang harus dilalui dalam upaya meraih predikat sekolah atau madrasah adiwiyata ini baru bisa dilihat atau dinilai hasilnya setelah berjalan dua sampai tiga tahun. “Sekarang ini menerapkan sekolah hijau. Masak ditanam sekarang, dinilai sekarang. Minimal dua atau tiga tahun baru bisa dilihat hasilnya,” jelas Fauzi, pada acara yang juga dihadiri Ketua Yayasan Baitul Hikmah, Tempurejo, KH. Baihaqi Busri itu.

Proses yang seperti ini juga diakui Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Ir Eko Heru Sunarso, MM, bahwa dalam upaya pembentukan sekolah atau tsanawiyah adiwiyata, ada dua kegiatan pokok yang harus dijalani. Selain kegiatan pisik dan administrasi, yang terpenting lagi, adalah menanamkan perilaku cinta lingkungan hidup kepada insan sekolah atau madrasah

“Insan sekolah itu bisa kepala sekolah, dewan guru, komite sekolah, anak didik, kemudian masyarakat di sekitar sekolah atau madrasah. Ini yang penting, kuncinya disini,” papar Heru.

Apabila perilaku setiap individu sudah menunjukkan cinta, peduli, melestarikan dan berwawasan lingkungan, maka upaya untuk menjadikan sekolah/madrasah berpredikat Adiwiyata, bukanlah sesuatu yang mustahil. Sebab jika kesemuanya sudah berwawasan dan berbudaya lingkungan, maka seluruh kebijakan yang terkait pemeliharaan sekolah/madrasah dan lingkungannya, dipastikan akan memperhatikan kaedah dan pokok-pokok fungsi lingkungan hidup.

Terbentuknya budaya lingkungan hidup ini pada gilirannya akan mampu menciptakan perubahan kualitas pada lingkungan itu sendiri. “Sekolah atau madrasah menjadi sejuk, indah, hijau, bersih dan asri. Inilah yang menjadi pertimbangan pemerintah memberikan penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata,” tandas Heru.

Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (Penma), Kantor Kementrian Agama, Jember, Edi Sucipto, M.Pd, yang hadir pada acara pembinaan Sekolah/Madrasah Adiwiyata itu menambahkan, pemerintah daerah yang memiliki kewajiban memperhatikan semua satuan pendidikan yang berada di wilayahnya, diharapkan juga memberikan porsi yang sama terhadap madrasah, dan tidak hanya sekolah umum saja. Begitu juga dalam masalah Sekolah/Madrasah Adiwiyata yang dimulai sejak 2019, pembinaan yang dilakukan Tim Pembina Adiwiyata DKLH Jember, diharapkan bisa terus berlanjut hingga ke madrasah yang lain.

“Mudah-mudahan ada pembinaan yang berkelanjutan, bukan hanya di Madrasah Baitul Hikmah saja, tapi juga di madrasah-madrasah yang lain,” harap Edi.

Saat ini madrasah yang sudah masuk Kanwil Kemenag Jatim terkait Adiwiyata, menurut Edi, di Kabupaten Jember sudah ada dua, selain MTs Baitul Hikmah Tempurejo, juga MIN 2 Balung. Sedang yang dalam rintisan, yakni MAN 2 Jember, MTs Negeri 3, Tanggul dan MTs Negeri 5, Arjasa.

“Ini perlu sinergi. Kalau ada program di dinas LH, inshaa Allah dari kemenag Jember siap jika memang dilibatkan,” tegas Edi.

Akan tetapuli, mengingat program ini merupakan hal baru, utamanya bagi kalangan madrasah, Edi meminta Dinas LH, kalau bisa memberi kesempatan kepada sekolah dan madrasah rintisan Adiwiyata untuk study banding ke Sekolah Adiwiyata yang sudah berhasil, baik tingkat nasional maupu mandiri. “Kalau ada budgeting dari dinas LH, satuan pendidikan yang ada di Kabupaten Jember, baik sekolah maupun madrasah, bisa diajak study banding ke daerah yang pernah meraih juara nasional,” pintanya.

Sementara Kepala MTs Baitul Hikmah, Tita Rini, S.Pd, dalam sambutannya, mengatakan, membuat lingkungan menjadi bersih dan sehat bukan perkara yang mudah, terlebih di lingkungan pendidikan. Butuh pembiasaan agar peserta didik mengenal dan memahami, apa sebenarnya kelestarian lingkungan hidup itu.

“Membiasakan anak agar membuang sampah pada tempatnya memang sulit, butuh proses. Kita berharap, setelah menjadi adiwiyata kabupaten, propinsi, nasional sampai mandiri, ada pembinaan kelanjutan,” tambahnya. (dna)

Pos terkait