Banjir Sungai Tanggul, Wabup Jember: “Lereng Argopuro Hutannya Sudah Beralihfungsi Menjadi Lahan Perkebunan”

Tingginya intensitas hujan yang mengguyur bagian barat Kabupaten Jember dan semakin hilangnya daerah resapan di kawasan hulu menjadikan debit air di Sungai Tanggul mengalami peningkatan tajam. Akibatnya, air sungai meluap ke pemukiman penduduk dan lahan pertanian.

Jember.LONTARNEWS.COM. Banjir Kali Tanggul yang merendam ratusan rumah warga dan lahan pertanian di Kecamatan Tanggul, Sumberbaru, Semboro, diduga kuat akibat rusaknya hutan yang terjadi di daerah hulu. Menyempitnya daerah resapan di lereng Gunung Argopuro inilah yang mengakibatkan air hujan langsung meluncur ke kawasan yang lebih rendah tanpa tertahan dan terserap di kawasan hutan.

Akibatnya, debit air sungai seketika mendadak menjadi tinggi hingga meluap ke pemukiman penduduk dan lahan pertanian. Sungai Tanggul yang merupakan tumpuan dari 6 anak sungai (Sungai Leprak, Patemon, Darungan, Batu Urip, Sukokulon, dan Sungai Rowotapen) tidak lagi sanggup menampung volume air hujan yang langsung mengalir ke sungai tanpa terserap hutan.

Bacaan Lainnya

“Berbagai stakeholder kita ajak untuk menanam kembali di lereng Argopuro yang hutannya sudah beralihfungsi menjadi lahan perkebunan,” jelas MB Firjaun Barlaman, Wakil Bupati Jember, kepada sejumlah wartawan di Kantor DPD NasDem Jember, usai mengunjungi lokasi banjir yang terjadi di tiga kecamatan, Semboro, Tanggul dan Sumberbaru, Kamis (11/11/2021).

Terjadinya kerusakan hutan ini, lanjut wabup, akibat dari ketidaksadaran oknum terhadap keberadaan dan fungsi hutan. Ini terlihat dari terjadinya pembiaran penggundulan hutan, yang dampaknya langsung dirasakan masyarakat.

“Kami berharap kepada semua pihak, terutama di perhutani, untuk menjaga kelestarian hutan ini dengan tidak mengalihfungsikan,”

Seruan itu disampaikan wabup, mengingat banyaknya lahan hutan yang belakangan telah dialihfungsikan. Yang semula hutan, sekarang berubah menjadi lahan perkebunan kopi.

“Ada juga yang tebu dan sebagainya. Makanya perlu ada penataan. Mudah-mudahan ini bisa segera kita awali dengan penanaman pohon-pohon yang berbatang keras, agar ada serapan air, dan bisa menahan longsor,” ujarnya.

Dikatakan, penanaman kembali (reboisasi) hutan, merupakan keharusan yang mesti dilakukan, sekalipun itu butuh waktu yang relatif lama untuk melihat hasilnya. Bisa sepuluh sampai lima belas tahun

Namun demi kepentingan generasi mendatang, penanaman pohon ini harus sudah diawali sejak sekarang. “Sehingga generasi mendatang tidak mengalami seperti yang kita alami saat ini,” ungkap wabup.

Untuk diketahui, banjir yang terjadi di banyak titik, utamanya di kawasan barat Kabupaten Jember ini, telah menggenangi ratusan hektar lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Berdasarkan data yang ada, banjir terjadi di 11 titik yang berada di tiga kecamatan, Semboro, Sumberbaru, Tanggul.

Dari data tersebut diketahui, rumah yang terendam berada di Desa Sidomulyo dan Pondokjoyo, Kecamatan Semboro. Di Sidomulyo rumah warga yang terendam sebanyak 176 KK, dan di Pondokjoyo sebanyak 76 KK. (dna).

Pos terkait