Bedah Orasi Ilmiah Surya Paloh, Tinggalkan Politik Identitas, Sekalipun Orientasi Kekuasaan adalah Sebuah Keniscayaan

Willy Aditya, Komisi XI DPR RI, narasumber seminar "Bedah Orasi Ilmiah Ketua Umum Partai NasDem, Dr (HC) H Surya Paloh", di aula Hotel Bandung Permai, Jember, Sabtu (27/08/2022).

Jember.LONTARNEWS.COM. Orasi ilmiah promovendus pemberian gelar Doktor Honoris Causa (HC) di Universitas Brawijaya, Malang, oleh H Drs Surya Dharma Paloh, agaknya akan menjadi bahan diskusi yang amat menarik di banyak kalangan. Ini karena, materi orasi yang disampaikan dinilai sebagai sebuah tantangan bagi banyak pihak, di tengah kian lekatnya pragmatisme sikap banyak pihak dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Apakah pemilu hanya untuk memantapkan kekuasaan atau kedudukan. Karena pada dasarnya pemilu tidak hanya urusan kekuasaan, tapi bagaimana berupaya merubah keadaan lebih baik ke depannya,” ungkap Willy Aditya, narasumber Seminar “Bedah Orasi Ilmiah Ketua Umum Partai NasDem, Dr (HC) H Surya Paloh”, di aula Hotel Bandung Permai, Jember, Sabtu (27/08/2022).

Bacaan Lainnya

Disampaikan, apabila politik hanya didasarkan pada perebutan kekuasaan, apa bedanya dengan yang terjadi di dunia binatang. Keduanya sama bertarung, bersaing untuk memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan.

Orasi ilmiah Meneguhkan Kembali Politik Kebangsaan yang disampaikan Surya Paloh pada acara pemberian gelar doktor honoris causa (HC) di Universitas Brawijaya, Malang, menurut Willy, lebih kepada mengingatkan kembali masyarakat, bahwa pemilu sebagai mekanisme untuk melakukan pergiliran kekuasaan agar tidak terjadi monopoli oleh kelompok atau golongan tertentu. Karena disadari atau tidak, perhelatan politik yang dilaksanakan dalam bentuk pemilihan, mulai dari pilpres, pilgub maupun pilbuo, selalu menyisakan ekses dan residu.

Ini bisa dilihat, pasca digelarnya pesta demokrasi tersebut, menyisakan perselisihan, bahkan pertikaian antar pendukung. Sebab itu dalam kerangka ini, semua pihak, apapun latarbelakangnya, dalam kegiatan berpolitik, hendaknya tetap berorientasi terhadap kebaikan bersama dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tinggalkan politik identitas yang hanya akan menciptakan fragmentasi sosial dan mengancam serta merongrong eksistensi dan fondasi negara bangsa ini. Tidak mengedepankan kepentingan kelompok, sekalipun orientasi kekuasaan adalah sebuah keniscayaan dalam politik.

“Pengalaman dua pilpres terakhir cukup menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa kompetisi dalam pemilu bukanlah segalanya. Karena kompetisi hanyalah upaya bagi kita untuk terus menerus mencari yang terbaik dan menjadi lebih baik,” imbuhnya (john).

Pos terkait