Jember.LONTARNEWS.COM. Warga Desa Patemon, Kecamatan Tanggul, khususnya yang tinggal di RT 07,08, 09, belakangan mulai resah. Pasalnya, perbaikan jembatan yang membentang di jalur utama desa tersebut, sejak dibongkar total pada 13 Januari 2022 lalu, sampai saat ini belum menunjukkan kemajuan yang berarti.
Kenyataan inilah yang mengundang keresahan warga setempat akan kesegeraan penyelesaian jembatan itu. Warga meragukan kesanggupan pihak pelaksana (kontraktor) untuk bisa segera menyelesaikan perbaikan jembatan tersebut.
Mengingat, sejak jembatan Patemon itu dibongkar dan tidak bisa dilalui, nyaris tidak terlihat kegiatan pembangunan yang mengindikasikan upaya percepatan. Kalaupun ada, para pekerja proyek hanya terlihat mengutak atik besi yang akan digunakan untuk ngecor.
Keadaan yang seperti ini mengundang kekhawatiran, pembangunan jembatan itu tidak bisa segera terselesaikan. Apalagi sejak jembatan itu dibongkar, praktis usaha kecil yang dijalankan warga di sepanjang jalan itu, mengalami kelumpuhan.
Penghasilan mereka dari usaha yang dijalankan, bahkan sampai menghilang hingga 80 persen. Akibat dari pembongkaran jembatan ini, usaha yang mereka jalankan saat ini terancam gulung tikar.
“Saya saja dalam sehari paling cuma 1 atau dua orang yang datang ke sini, bahkan sering tidak ada sama sekali,” ungkap Kusyono, pemilik tambal ban yang biasanya dalam sehari bisa meraup pendapatan Rp 70 ribu sampai Rp 90 ribu.
Tidak hanya Kusyono. Pengakuan yang sama juga dirasakan semua pemilik usaha kecil yang berada di sepanjang jalan pada jembatan yang dibongkar itu.
Sejak jembatan tersebut dibongkar, mereka mengaku kehilangan pendapatan yang cukup besar, bahkan tidak ada sama sekali. “Kalau kerjanya begini aja, kapan selesainya ?. Dan ini jelas mengancam kelangsungan usaha saya. Sejak jembatan ini dibongkar, tidak ada orang ke sini,” jelas Dhofir, pemilik usaha las.
Berangkat dari kondisi yang terjadi saat ini, warga Desa Patemon meminta pelaksana proyek untuk menyegerakan penyelesaian jembatan. Mengingat kesulitan masyarakat sudah sedemikian terlihat sejak jembatan itu dibongkar.
“Mestinya kalau materialnya belum siap, jangan dibongkar dulu. Apalagi saya lihat yang diumek-umek besi thok. Kalau seperti ini kerjanya, kapan selesainya,” tukas Agus Hariyanto, S.IP, tokoh masyarakat setempat.
Menurut Agus, seharusnya, kalau jembatan itu akan dibongkar untuk perbaikan, pihak pelaksana terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan. Begitu juga dengan akses jalan yang dibutuhkan masyarakat, harus disiapkan, paling tidak bisa dilalui sepeda motor, sekalipun hanya dituntun.
“Sekarang kalau mau ke pasar, warga yang tinggal di sepanjang jalan ini, termasuk yang dari Desa Kramat Sukoharjo harus mutar sejauh kurang lebih 4 kilometer,” jelasnya.
Kesulitan seperti ini lebih dirasakan warga dan pedagang yang hendak menjual hasil buminya ke pasar. “Sampean bisa bayangkan mereka yang hendak menjual hasil pertanian ke pasar dengan menggunakan sepeda motor. Selain jauh, mereka juga harus berjuang melewati jalan dengan tanjakan yang cukup terjal,” papar Agus.
Berangkat dari kenyataan ini Agus meminta agar perbaikan jembatan Patemon bisa dipercepat. “Tolonglah dinas terkait, penyelesaian jembatan ini diupayakan bisa lebih cepat. Ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Di jalan ini banyak usaha kecil yang menggantungkan pendapatannya dari pengguna jalan,” tegasnya. (dna).