Orgnisasi kepanduan yang muncul setelah Javanese Padvinders Organisatie (JPO), seperti;
• Nationale Padvinderij (didirikan Budi Utomo)
• Padvinder Muhammadiyah (1918), berganti nama Hizbul Whathan (HW tahun 1920) (didirikan Muhammadiyah).
• Syarikat Islam Afdeling Padvinderij, berganti nama Syarikat Islam Afdeling Pandu (SIAP) (didirikan Syarikat Islam).
• Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan Jong Islamieten Bond (JIB)
• Jong Java Padvinderij (JJP) berdiri tahun 1923
• Nationale Padvinders (NP)
• Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).
• Nationale Padvinders (NP).
Istilah Padvinders untuk menyebut gerakan kepanduan ini berubah setelah K.H. Agus Salim memperkenalkan istilah “Pandu” atau “Kepanduan”.
Perubahan sebutan Padvinders menjadi Pandu atau Kepanduan, karena pemerintah Hindia Belanda ketika itu melarang penggunaan istilah Padvinders bagi organisasi kepanduan yang bukan milik orang Belanda.
Pada 9 Maret 1961 secara resmi nama Pramuka digunakan untuk penyebutan gerakan kepanduan Indonesia.
Penetapan nama Pramuka untuk gerakan kepanduan ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.
Ini kemudian disusul dengan terbitnya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tentang Gerakan Pramuka pada 20 Mei 1961, yang selanjutnya dikenal sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja
Istilah Pramuka yang selanjutnya menjadi nama dari gerakan kepanduan Indonesia, yang kemudian dimaknai sebagai “Praja Muda Karana” atau “Jiwa Muda yang Berkarya” bermula dari Sultan Hamengku Buwana IX.
Penyebutan nama Pramuka oleh Sultan HB IX, terinspirasi dari sebutan untuk pasukan yang berada di garis terdepan dalam suatu pertempuran, yaitu pasukan “Poromuko”.