“Seperti Rembangan, selama ini pengunjung sering menghadapi kesulitan ketika ingin ke sana, karena sulit kendaraan,”jelasnya
Belum lagi Watu Ulo yang sejak lama sudah dikenal, baik masyarakat lokal maupun luar daerah. Tahun 80an tempat wisata di pesisir laut selatan ini dilengkapi dengan hotel.
“Dulu Watu Ulo lengkap dengan hotelnya, namanya Hotel Wisnu. Sekarang hotel Wisnu sudah tidak ada, hancur rata dengan tanah,” ungkap Agus.
Satu lagi yang perlu menjadi perhatian pemerintah, termasuk juga kalangan legislatif, perda RT RW segera dipercepat dan diperjelas, agar pemilik modal yang ingin berinvestasi di Jember tidak ragu-ragu dan merasa aman.
Perda RT RW lanjutnya, bisa menjadi modal dasar untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi di Jember. Terlebih lagi saat ini di Jember sudah mulai banyak pabrikan, juga pergudangan.
“Perda RT RW yang bisa memberikan rasa aman dan nyaman untuk berinvestasi, sangat perlu, karena investor akan merasa lebih aman untuk menanamkan modalnya di Jember,” katanya.
Hanya saja jalannya mungkin yang butuh pelebaran, agar aktifitas masyarakat bisa lebih lancar. Dan yang perlu dipikirkan lagi, soal keberadaan kabel listrik dan telkom yang malang melintang di pinggiran jalan.
“Bagaimana kabel-kabel itu bisa ditanam di dalam tanah, sehingga tidak mengganggu. Apalagi kalau sampai ada kabel yang putus, pasti sangat membahayakan pengguna jalan,” paparnya.
Dari banyaknya persoalan yang saat ini dihadapi Jember itulah Agus mengaku ingin ikut memberikan sumbangsihnya dalam upaya perbaikan lewat lembaga legislatif.
“Saya kira Jember harus lebih diperhatikan, terutama legislator yang bisa membuat aturan-aturan perda bekerjasama dengan eksekutif, bagaimana kelanjutan kota Jember ini ke depan,” imbuhnya. (*).