Pelibatan mereka yang menyandang predikat pencuri atau maling dalam peperangan ini pernah terjadi di masa perang kemerdekaan.
Mereka yang umumnya berasal dari kalangan orang dengan nyali tinggi dan memiliki bekal ilmu kanuragan mumpuni, dengan suka rela melibatkan diri dalam perang merebut kemerdekaan.
Dikutip dari buku “Letkol Moch Sroedji, Jember Masa Perang Kemerdekaan”, saat Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama, di Jember terbentuk pasukan khusus yang dikenal dengan sebutan Barisan Pasukan Maling atau Brigade Maling.
Meski satuan ini bernama Barisan Pasukan Maling atau Brigade Maling, namun tidak semua anggotanya berasal dari kalangan bromocorah.
Sebagian dari mereka yang menjadi anggota Barisan Pasukan Maling atau Brigade Maling berasal dari kalangan masyarakat biasa. Diantaranya bahkan banyak yang memiliki keahlian bela diri, pendekar pencak silat.
Penyebutan Barisan Pasukan Maling atau Brigade Maling yang disematkan kelompok ini sesuai dengan tugas yang harus jalankan, yakni mencuri senjata di markas atau pos militer Belanda.
Di lain sisi, berkecamuknya pertempuran antara pasukan TNI dengan tentara Belanda, memaksa para petinggi di Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) terus mencari strategi yang tepat untuk menghadapinya.
Dari inilah kemudian dibentuk organisasi pertahanan yang diberi nama Comando Offensive Guerilla (COG).
Pembentukan COG ini sebagai sebuah kebutuhan sekaligus tuntutan di tengah masih belum tertatanya organisasi komando pasukan.