Para utusan tersebut lalu menyampaikan pesan patih amangkubumi agar Ra Kembar tidak melakukan tindakan apa-apa dalam rencana penumpasan pemberontakan Sadeng.
Sekiranya Ra Kembar tidak mau mengindahkan perintah patih amangkubumi, karena ia telah mendahului perintah kerajaan, utusan tersebut malah diperbolehkan untuk menghajarnya.
Mengetahui dirinya kena amarah dan dipersalahkan oleh istana, Ra Kembar bukannya gentar. Dia malah memecut dahi utusan itu, tapi tidak sampai kena, karena utusan itu berkelit dan bersembunyi di balik batang kayu.
“Kembar tiada takut kepada tuanmu!” tantang Kembar kepada utusan kerajaan yang diperintah Patih Amangkubumi, Arya Tadah.
Mendengar ucapan itu, para utusan lalu balik pulang, dan menyampaikan ujaran Kembar yang tidak mau mengindahkan perintah kerajaan tersebut.
Sikap Ra Kembar yang terkesan semaunya sendiri, mengundang kekhawatiran pihak istana Majapahit menimbulkan perselisihan antara Ra Kembar dengan Gajah Mada yang ditugaskan kerajaan untuk menumpas pemberontakan Sadeng.
Banyak pemerhati sejarah menilai, tindakan Ra Kembar yang mendahului Gajah Mada datang ke Sadeng, karena adanya dorongan juga ingin menjadi Patih Amangkubumi, menggantikan Arya Tadah.
Karena itu, untuk menghindari terjadinya perselisihan yang berkepanjangan antara Gajah Mada dan Ra Kembar, Tribuwana Tunggadewi lalu mengambil keputusan memimpin sendiri pasukan Majapahit dalam Ekspedisi Pasadeng.