Halte trem yang berada pada jalur Rambipuji-Balung dengan jarak 12 kilometer, antara lain di Rambipuji Pasar, Kaliputih, Rawatantu, Gumelar, Gumelar Kidul, Balung.
Sedang halte trem yang berada pada jalur Balung-Puger dengan jarak 16 kilometer, ada di Balung, Balung Kulon, Tutul, Jambe Arum, Jambe Arum Kidul, Kasian Lor, Kasian, Grenden, Kapuran, Puger Kulon, Puger.
Selanjutnya halte yang ada di jalur cabang Balung-Ambulu dengan jarak 13 kilometer, antara lain di Balung, Balung Pasar, Glundengan, Curah Tepas, Dempok, Wuluhan, Wuluhan Wetan, Kesilir Kulon, Kesilir, berakhir di Ambulu.
Trem Uap yang melewati jalur Rambipuji – Puger dengan lintas cabang Balung-Ambulu terdiri dari rangkaian lokomotif uap dan gerbong. Lokomotif trem biasanya hanya menarik atau membawa 2-3 gerbong.
Adanya jalur trem yang beroperasi di Jember Selatan, sejak pertama dibuka, sudah menunjukkan akan adanya gejala positif terhadap peningkatan ekspor komoditi Hindia Belanda.
Komoditi perikanan, pertanian, dan perkebunan di pedalaman semakin bisa dijangkau. Hasil pertanian dan perkebunan di kawasan selatan, selain bisa lebih cepat dikirim, yang dibawa juga bisa lebih banyak.
Sebelum dioperasikannya jalur trem Rambipuji – Balung – Puger dengan cabang Balung Lor – Ambulu, angkutan yang digunakan untuk membawa hasil bumi di kawasan selatan, adalah cikar atau pedati.
Setelah ada transportasi trem, pengangkutan barang maupun orang, tidak lagi menggunakan cikar atau pedati, tapi sudah beralih ke trem.
Tahun 1926, setelah Parlemen Hindia Belanda menyetujui usulan pembangunan jalur kereta api dari Lumajang menuju Kencong, pihak Staatsspoorwegen segera melaksanakan pengerjaannya.
