Pekerjaan sebagai tukang cuci ini sebenarnya sering kalu direndahkan dan menjadi bahan cemoohan, tapi orang Romawi ketika itu sangat membutuhkan.
Seperti dilansir dari Miami Herald, adanya usaha jasa pencucian di Romawi pada 2.000 tahun yang silam, ini diketahui setelah arkeolog melakukan penggalian di bekas reruntuhan kota Pompeii. Kota ini menghilang akibat tertimbun lava panas yang diletupkan Gunung Vesuvius, pada 24 Agustus 79 Masehi.
Upaya pencarian jejak kehidupan orang di kota Pompeii sebelum terjadinya bencana semburan lava panas Gunung Vesuvius, oleh arkeolog berhasil menemukan bekas bangunan yang pernah digunakan untuk usaha layanan cuci pakaian.
Di bekas reruntuhan kota Pompeii, arkeolog menemukan puluhan toko penatu atau fullonica (laundry), yang tertimbun debu vulkanik selama ribuan tahun akibat letusan Gunung Vesuvius.
Salah satu bangunan yang ditemukan, merupakan sebuah rumah yang telah diubah menjadi fullonica atau toko penatu.
Dalam Ensiklopedia Sejarah Dunia disebutkan, di Roma kuno fullonica yang terkadang disebut sebagai fullery, adalah toko tempat para pekerja untuk mencuci pakaian.
Mereka yang mendapat upah atas pekerjaannya dalam mencuci pakaian, itu sering direndahkan, karena aktifitasnya yang bersinggungan dengan air kencing. Namun di sisi lain keberadaan mereka ketika itu sangat dibutuhkan.
Bagi masyarakat Romawi kuno, keberadaan para tukang cuci ini sangat berarti, karena bisa membuat busana selalu terlihat bersih dan bagus.
Bagi orang Pompeii, berbusana yang bersih dan bagus adalah sebuah kebutuhan yang harus terpenuhi, karena bisa menjaga kepercayaan diri untuk selalu tampil menarik.
Para tukang cuci dengan keahliannya akan membuat pakaian bangsa Romawi Kuno yang kebanyakan berbahan dasar wol dan berwarna terang akan tetap terlihat indah dan bagus.
Lalu bagaimana cara para tukang cuci di zaman Romawi bisa membuat pakaian orang di kala itu tetap terlihat bagus.