Namun setelah melompat kegirangan, Prabu Nila Saksaka tiba-tiba terdiam, dan seketika bertanya kepada patihnya.
“Tetapi bagaimana dengan persyaratan yang diajukan Putri Nagasari, paman,” tanya Prabu Nila Taksaka kepada patihnya.
“Paduka Raja jangan khawatir, kami dan pasukan kerajaan akan membantu paduka untuk membabat Hutan Puger,” sahut Ki Patih.
Mendengar kesanggupan Ki Patih untuk membantu menyelesaikan syarat yang diajukan Dewi Nagasari, Prabu Nila Taksaka segera mengerahkan rakyat Nusa Barong.
Mereka disuruh bergotong royong untuk membabat hutan Puger guna dijadikan jalan. Namun setelah pembabatan hutan dimulai, ternyata banyak kendala yang menyebabkan tugas itu tidak bisa segera diselesaikan sampai mendekati batas waktu yang telah ditentukan.
Merasa ada gejala pembabatan tidak bisa diselesaikan tepat waktu sesuai syarat yang telah diajukan Putri Nagasari, Prabu Nila Taksaka segera mengambil langkah meminta pertolongan Ki Seger Gunung Putih untuk menyelesaikan pembabatan hutan Puger.
Sementara di tempat terpisah, Raja Medang Kemulan, Mayang Kusuma yang tengah menjalani tapa di Telaga Sarangan, menerima bisikan ghaib agar segera mengakhiri tapanya dan melanjutkan perjalanannya.
Petunjuk ghaib itupun diikuti oleh Raja Mayang Kusuma dengan meneruskan perjalanannya bersama kedua pengiringnya hingga sampai di Gunung Putih (Gunung Kapur).
Di tempat ini Prabu Mayang Kusuma bertemu dengan seorang resi bernama Ki Seger, yang di kemudian hari menjadi gurunya.
Setelah Prabu Mayang Kusuma menjadi murid Ki Seger, tak lama kemudian Prabu Nila Taksana datang juga ke kediaman Ki Seger dengan maksud yang sama, yakni mau berguru kepada Sang Resi itu.