Mengapa Belanda Menjadikan Karesidenan Besuki Sebagai Target yang Harus Dikuasai?

Sebelum mendarat, kapal-kapal Belanda melepaskan tembakan meriam ke markas ALRI yang ada di pantai Pasir Putih, Panarukan. Pasukan Belanda mendarat di Pasir Putih pada sekira pukul 10.04 pagi (Foto: Netherland Instituut voor Beeld & Geluid).

Peperangan demi peperangan terjadi diman-mana di berbagai daerah di Indonesia. Belanda dibuat babak belur menghadapi perlawanan pejuang kemerdekaan yang menjalankan taktik perang gerilya .

Perlawanan gigih tak kenal menyerah yang dilancarkan para pejuang ini membuat Belanda berupaya mencari jalan penyelesaiannya.

Bacaan Lainnya

Belanda mulai mencoba lewat jalur diplomasi. Sejumlah perjanjian serta perundingan digagas oleh Belanda.

Akan tetap, hingga beberapa kali perjanjian dan perundingan dilaksanakan, keadaan ternyata tak juga berubah menjadi baik, perang terus berlanjut.

Di banyak daerah, para pejuang kemerdekaan Indonesia terus mengadakan perlawanan dan melancarkan serangan terhadap setiap posisi Belanda.

Rakyat dan pejuang saling bahu membahu mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan dan tidak mau mengikuti kemauan Belanda yang nyata-nyata ingin menancapkan kembali kekuasaannya di Indonesia.

Sikap tidak mau kompromi yang ditunjukkan rakyat dan pejuang ini menyadarkan pihak Belanda, bahwa upaya untuk menguasai Indonesia hanya bisa dilakukan dengan cara operasi militer.

Memasuki pertengahan bulan Juli 1947, atau tepatnya tanggal 21 Juli 1947, Belanda secara tiba-tiba melancarkan serangan militer ke sejumlah daerah di Indonesia.

Dikutip dari buku “Letkol Moch Sroedji, Jember Masa Perang Kemerdekaan”, operasi militer Belanda yang dibungkus dengan kode Operatie Product, utamanya dilakukan terhadap daerah yang diketahui potensi ekonomi dan sumber daya alamnya besar.

Dalam Operatie Product yang sebenarnya merupakan Agresi Militer, ini Belanda berusaha merebut dan menguasai daerah perkebunan serta pelabuhan.

Loading

Pos terkait