Jember.LONTARNEWS.COM. Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) mengimbau kalangan elit untuk tidak melakukan tindakan dan membuat pernyataan yang bernuansa mengganggu ke-Bhinneka-an. Kalangan elit politik, tokoh masyarakat atau siapapun, diminta untuk bisa menahan diri dalam melihat realitas bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas, keberagaman.
Pernyataan FPK ini disampaikan, menyusul adanya
perilaku dan pernyataan dari sejumlah tokoh yang belakangan viral di media massa. “Jangan sekali-kali melukai perasaan dari saudara kami beretnis apapun yang ada di NKRI ini. Jangan sampai melukai saudara-saudara kami dari agama dan ras apapun, mari kita kokohkan persatuan dan kesatuan,” seru Ir HM Sujatmiko, Ketua FPK Kabupaten Jember, melalui siaran persnya, Rabu (26/01/2022).
Pernyataan yang tidak berbeda jauh juga disampaikan Wakil Ketua FPK Kabupaten Jember Ignatius Sumarwiadi. Dia menyayangkan sikap dan perilaku sejumlah elit yang justru semakin memperburuk keadaan.
Sikap sejumlah elit ini justru muncul di saat bangsa Indonesia tengah berjuang keras menghadapi pemikiran separatisme yang memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara. “Sangat disayangkan masih muncul perilaku beberapa elit yang berpikiran picik, dengan membuat pernyataan yang menyinggung semangat kesukuan,” tukasnya.
Disampaikan Sumarwiadi, tidak dipungkiri, Indonesia memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika, sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dari satu kesatuan suku-suku yang ada di Indonesia. “Indonesia ada adalah karena ada kebersamaan suku yang ada, maka ketika ada elit yang masih berpikiran, bahwa suku – suku dianggap kurang memliki tempat sejajar dengan suku yang lain, bahkan membuat pernyataan yang menyinggung kesukuan, maka itu bertentangan dengan semangat kebhinekaan,” ujarnya.
Ke-Bhinneka-an, lanjut Sumarwiadi merupakan DNA, menjadi darah daging Bangsa Indonesia yang wajib diperlihara. “Karena itu merupakan modal dasar bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju, bangsa yang sejajar dengan bangsa lain,” tandasnya.
Koordinator Bidang I FPK Kabupaten Jember, Siti Fanatus Syamsiah menambahkan, bahwa Indonesia sebagai negara memiliki keberagaman suku bangsa, etnis dan agama sudah final, yang sudah tidak pada tempatnya mengungkit – ngungkit kembali, dan hanya menimbulkan perpecahan.
“Karenanya sangatlah tidak elok, jika ada pernyataan elit politik yang masih mengungkit tentang keragaman itu,” ujarnya.
Untuk diketahui, pernyataan FPK ini bermula dari maraknya pemberitaan di media massa yang dilakukan dan dilontarkan sejumlah tokoh. Seperti kejadian penendangan sesajen di Gunung Semeru, sindiran Arteria Dahlan terhadap seorang Jaksa yang menggunakan Bahasa Sunda.
Serta pernyataan Edy Mulyadi yang menghina Kalimantan Timur sebagai tempat “Jin Buang Anak”. Dari kejadian itu, FPK mengimbau agar semua pihak bisa menahan diri dengan tidak melakukan sesuatu dan mengumbar pernyataan yang mengundang ketersingguhan pihak lain, terlebih bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). (*)