Yuanita: “Perempuan Harus Berada di Garis Terdepan dalam Memperjuangkan Aspirasi Rakyat”

Yuanita juga tidak ingin perempuan hanya dianggap sebagai ‘konco wingking’, yang tidak bisa mengambil peran apa-apa dalam kehidupan di masyarakat.

“Kalau Allah menakdirkan saya menjadi anggota parlemen, selain bersyukur kepada Allah, saya juga mau memenuhi janji kepada masyarakat, terutama kepada masyarakat di Jember,” ucapnya.

Janji itu menurutnya harus dipenuhi, sebab keberadaan seseorang bisa duduk sebagai anggota parlemen tidak lepas karena dukungan rakyat.

“Saya katakan, bahwa saya di parlemen sebagai wakil panjengan semua, yang bisa menyalurkan asprasi yang datangnya dari bawah, utamanya dari kalangan perempuan,” tegasnya.

Dalam kaitan memperjuangkan aspirasi rakyat lewat kursi parlemen, diakui Yuanita, pada dasarnya sudah bukan lagi hal yang baru.

Karena sejak jaman dulu, peran perempuan dalam memperjuangkan kepentingan orang banyak sudah dilakukan tokoh terdahulu.

Itu bisa dilihat dari catatan sejarah yang mengisahkan peran perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender maupun mengusir penjajah, seperti Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Laksamana Malahayati, Martha Christina Tiahahu, RA Kartini, Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang, Ratu Kalinyamat.

Atau perempuan-perempuan hebat yang pernah menjadi pemimpin politik dan negara di Nusantara pada masa lampau, seperti Ratu Simha, Tribuwana Tunggadewi, Ratu Sri Suhita, Sultanah Safiatuddin, dan lainnya.

“Sekarang perempuan semakin diakui kemampuannya, kehebatannya, gak hanya nama saja. Perempuan sekarang juga bisa action di dunia politik,” pungkas Yuanita yang juga wakil bendahara di HKTI Jember. (*).