LONTARNEWS.COM. Peristiwa berdarah yang terjadi pada tahun 1965 hingga mengakibatkan terbunuhnya 6 jenderal pimpinan teras angkatan darat dan satu perwira pertama, masih menyimpang banyak versi cerita. Beragam dugaan muncul, siapa dalang di balik gerakan yang dikenal dengan sebutan Gerakan 30 September PKI (G30S/PKI) itu.
Namun dari sekian banyak versi tentang G30S/PKI, ada satu kisah yang nyaris memporak_porandakan kesatuan dan persatuan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kesatuan pasukan yang ada di dalam tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), nyaris baku tembak gegara omongan satu orang pejabat tinggi negara.
Sebagaima disebutkan dalam buku ‘Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, G30S PKI dan Peran Bung Karno’ karya Sugiarso Suroyo, bahwa dua hari setelah dibubarkannya PKI oleh Jenderal Suharto, pada tanggal 14 Maret 1966, suasana Jakarta benar-benar dalam keadaan mencekam. Masyarakat sipil tidak berani keluar rumah karena melihat pemandangan yang tidak biasa.