Inilah Naskah Kakawin Nagara Kretagama, Kitab Tentang Kerajaan Majapahit yang Ditulis Mpu Prapanca

20220615 204854 e1655301014250
Di masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Majapahit di bawah pemerintahan Sri Rajasanegara (Hayam Wuruk) dan Mahapatih Gajah Mada, meliputi seluruh Nusantara, termasuk seluruh Semenanjung Malaya dan Philipina bagian selatan. Daerah taklukan Majapahit ini, setiap tahun berkewajiban menyerahkan upeti kepada Majapahit.

LONTARNEWS.COM. Kitab Kakawin Nagara Kretagama adalah sebuah karya historiografi tradisional yang ditulis oleh Sekretaris (Pujangga) Kerajaan Majapahit, Mpu Prapanca, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk atau Maharaja Sri Rajasanagara (1334-1389).

Kitab yang selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi) ini menceritakan keagungan Raja dan Kerajaan Majapahit.

Bacaan Lainnya

Kakawin Nagara Kretagama ditulis dalam Bahasa Kawi (Jawa Kuno). Kitab ini ditemukan J.L.A. Brandes, seorang ahli Sastra Jawa Belanda, saat KNIL menyerbu istana Raja Lombok pada tahun 1894.

Brandes menyelamatkan isi perpustakaan raja yang berisikan ratusan naskah lontar di Puri Cakranegara, Istana Raja Lombok. Kitab Nagara Kretagama oleh Brandes kemudian dibawa ke Belanda,

Tahun 1973, Ratu Belanda, Juliana, menyerahkannya kepada Presiden Indonesia kala itu, Suharto. Kitab yang ditulis di atas daun lontar dalam bentuk kakawin (syair) ini, terdiri dari 98 pupuh (bait).

Pupuh 1-7 berisikan tentang tentang raja dan keluarganya. Pupuh 8-16, tentang tentang kota dan wilayah kekuasaan Majapahit.

Pupuh 17- 39, tentang perjalanan Hayam Wuruk keliling Lumajang. Pupuh 40-44, tentang silsilah raja-raja Majapahit dari Rangga Rajasa hingga Kertanegara, dan dari pupuh 45-49, Kertarajasa Jayawardhana sampai Hayam Wuruk.

Pupuh 50-59, tentang perjalanan Hayam Wuruk yang sedang berburu di hutan Nandawa hingga pulang ke Majapahit, dan pupuh 60 tentang oleh-oleh dari pelbagai daerah yang dikunjungi. Pupuh 61-70, tentang perhatian Raja Hayam Wuruk kepada leluhurnya berupa pesta srada.

Pupuh 71-72, berita kematian Patih Gajah Mada. Pupuh 73-82, tentang bangunan suci di Jawa dan Bali. Pupuh 83-91, tentang upacara keagamaan berkala yang berulang kembali setiap tahun di Majapahit, yakni musyawarah, kirap, dan pesta tahunan.

Pupuh 92-94, tentang pujian para pujangga yang setia kepada raja, termasuk Prapanca. Pupuh 95-98 tentang nasib Prapanca sendiri.

Pos terkait