Bayi Stunting di Jember Turun dari 30 Persen Menjadi 11,8 Persen

Screenshot 2020 12 01 06 09 55
Asisten I Sekretariat Daerah, Hadi Mulyono, menerima cinderamata dari, Sri Rahayu, Global Alliance Improve for Nutrition (GAIN) Kabupaten Jember, dalam acara Closing Ceremony Pelaksanaan Program Baduta 2.0 di Aula PB Sudirman Pemkab Jember, Senin (30/11/2020)
Asisten Pemerintahan Pemkab Jember, Hadi Mulyono, menerima cinderamata dari, Sri Rahayu, Global Alliance Improve for Nutrition (GAIN) Kabupaten Jember, dalam acara Closing Ceremony Pelaksanaan Program Baduta 2.0 di Aula PB Sudirman Pemkab Jember, Senin (30/11/2020)

Jember.LONTARNEWS.COM. Upaya kerja keras yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember untuk menurunkan angka stunting cukup membuahkan hasil. Itu dibuktikan, angka stunting di Kabupaten Jember yang sebelumnya mencapai 30 persen lebih, di tahun 2019 turun menjadi 11,8 persen.

Sukses yang berhasil diraih Jember ini, tidak lepas dari program baduta (bawah usia dua tahun) dari pemerintah Belanda yang dijalankan Pemkab Jember. Di tahun 2018 lalu, Kabupaten Jember menjadi sasaran dari program baduta tersebut.

Berkat program tersebut Kabupaten Jember berhasil menekan angka stunting. “Tentu hal ini sangatlah menggembirakan karena pemerintah daerah berhasil menekan angka stunting. Ini pula sesuai harapan pemerintah pusat untuk mewujudkan generasi sehat dan cerdas,” ucap Plt Bupati Jember, Drs KH Muqit Arief, dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Pemerintahan, Hadi Mulyono, saat membuka acara Closing Ceremony Pelaksanaan Program Baduta 2.0 di Aula PB Sudirman Pemkab Jember, Senin (30/11/2020).

Penurunan angka stunting ini, kata Hadi Mulyono, merupakan salah satu capaian program Emodemo. Capaian itu diraih dalam dua tahun pelaksanaan emodemo, yang diinisiasi oleh GAIN bersama Dinas Kesehatan, Pemkab Jember

Disampaikan, bahwa untuk menghindari terjadinya stunting, utamanya di Kabupaten Jember, asupan gizi bagi anak di bawah umur dua tahun mutlak harus diberikan. Kebutuhan asupan gizi bagi baduta ini perlu diperhatikan, agar anak bisa tumbuh normal dan terhindar dari stunting

“Memang tidak mudah untuk merubah perilaku ibu atau pengasuh saat memberikan makanan kepada anak terutama usia di bawah dua tahun,” ungkap Hadi Mulyono, pada acara yang juga dihadiri Sri Rahayu dari Global Alliance Improve for Nutrition (GAIN) Kabupaten Jember itu.

Pada kesempatan tersebut, Sri Rahayu juga menambahkan, bahwa asupan gizi kepada anak dimulai saat memasuki 1000 hari pertama kelahiran (HPK). “Jadi pemberian gizi itu jangan sampai terlambat dan melampaui 1000 HPK agar anak tidak mudah terinfeksi virus. Selain itu perkembangan anak menjadi lamban atau tidak normal dan akan mengalami stunting atau kerdil,” imbuh Sri. (*).