Compassionate School Training, untuk Pemenuhan Gizi Anak dan Pencegahan Bayi Stunting

IMG 20191017 WA0437 e1571450366322
Dr. Edy B Susilo, M.Si, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, dalam acara Compassionate School Training, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Kamis (17/10/2019).
Dr. Edy B Susilo, M.Si, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, dalam acara Compassionate School Training, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Kamis (17/10/2019).

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kabupaten Jember, agar target menjadikan Jember sebagai Kota Welas Asih bisa terwujud. Kali ini, upaya yang dilakukan Pemkab untuk mencapai tujuan itu, yakni melalui Compassionate School Training.

Tidak kurang dari 40 orang yang berasal dari kalangan tokoh masyarakat di lingkungan sekolah yang ditunjuk, perwakilan komite sekolah negeri dan swasta mulai dari PAUD sampai SMK disertakan dalam pelatihan tersebut. Pelatihan yang diberikan, tentang pengetahuan pemenuhan gizi anak dan pencegahan bayi stunting (kerdil).

“Juga bagaimana cara menerapkan pengetahuan itu, dan program-program apa yang tepat untuk menyukseskan hal tersebut. Termasuk salah satu yang sedang dicapai di Jember yakni pengentasan masalah bayi stunting,” terang Dr. H. Edy Budi Susilo, M.Si, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Kamis (17/10/2019).

Pelibatan tokoh masyarakat di lingkungan sekolah dalam kegiatan Compassionate School Training dengan topik Pendekatan Parenting dan Pemenuhan Gizi Menuju Sekolah Welas Asih ini, tujuan yang ingin diraih terkait tanggung jawab pemenuhan gizi anak, pencegahan bayi stunting, dan penerapan welas asih bisa dicapai. “Ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah daerah, atau sekolah saja, tetapi juga melibatkan masyarakat untuk menggelorakan dan menyebarluaskan tentang pengetahuan ini,” terang Edy.

Dari para tokoh masyarakat ini, diharapkan, konsep-konsep dari pemerintah daerah bisa diterima oleh semua pihak. Sekaligus menjadi bahan masukan sebagai umpan balik dalam menyusun program yang paling tepat.

Sementara untuk menuju Jember Kota Welas Asih, digelar pelatihan dan forum diskusi kelompok setiap minggu selama tiga bulan atau hingga bulan Desember. Pada setiap kegiatan mengangkat topik untuk mewujudkan kota welas asih.

“Karena ini sebuah komitmen yang dicanangkan oleh Bupati Jember, bagaimana Jember menjadi kota yang masyarakatnya resah jika tidak melaksanakan hubungan toleransi, gotong-royong, dan saling memberikan manfaat, melindungi, dan memiliki rasa sosial yang tinggi,” ungkap Edy.

Apabila konsep gotong royong sudah dilakukan di Jember, tinggal bagaimana pembangunan fisik yang sudah direalisasikan bisa dikembangkan dengan pembangunan sosial. Salah satunya adalah membina hubungan welas asih diantara sesama masyarakat Kabupaten Jember. (*).