Bupati Jember, Perjuangan di Masa Lampau Bukan Dilakukan Per Golongan, Tetapi Bersama

IMG 20190825 WA0175 e1566746266160
Bupati Jember, dr. Faida. MMR, bersama dua pemateri, Kasbrig 09 Letkol Inf Arif Munawar dan Wakil Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, KH Afifuddin Muhajir, dalam acara seminar pengusulan dua tokoh Jember KH. Achmad Siddiq dan Letkol. Moch. Sroedji, menjadi pahlawan nasional, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Minggu (25/8/2019).
Bupati Jember, dr. Faida. MMR, bersama dua pemateri, Kasbrig 09 Letkol Inf Arif Munawar dan Wakil Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, KH Afifuddin Muhajir, dalam acara seminar pengusulan dua tokoh Jember KH. Achmad Siddiq dan Letkol. Moch. Sroedji, menjadi pahlawan nasional, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Minggu (25/8/2019).

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Kehadiran kalangan muda, dalam seminar pengusulan dua tokoh Jember menjadi pahlawan nasional, yakni KH. Achmad Siddiq dan Letkol. Moch. Sroedji, membuat bangga Bupati Jember, dr. Faida. MMR. Karena selain menjadi penyemangat dan dukungan untuk pengusulan gelar kepahlawanan dua tokoh itu, generasi muda juga tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi lebih luas tentang keteladanan pahlawan-pahlawan.

“Seminar ini menunjukkan, bahwa perjuangan di masa lampau bukan dilakukan golongan per golongan, tetapi terbukti dilakukan bersama, seperti yang dilakukan oleh tiga tokoh di Jember Kiai Achmad Siddiq, Letkol Moch. Sroedji, dan dr. Soebandi,” terang Bupati Faida, dalam seminar yang dihadiri santri ponpes, mahasiswa, para veteran, takmir masjid, dan pengurus ormas yang diselenggarakan di Pendopo Wahya Wibawagraha, Minggu (25/8/2019).

Dalam sambutannya Bupati Faida, menjelaskan, proses pengusulan gelar pahlawan bagi KH Achmad Siddiq sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. “Sejarah mencatat, beliau adalah tokoh yang menggerakkan masyarakat, santri ponpes, dan tokoh agama sampai bisa menerima Pancasila sebagai asas tunggal melalui ajaran-ajarannya,” terang Bupati.

Catatan sejarah itu, lanjut bupati, kini kembali disosialisasikan. “Agar sejarah perjuangnya menjadi semangat pemersatu dan menjadi satu pemahaman bahwa NKRI harga mati,” ujarnya.

Ajaran-ajarannya itu tentang Pancasila dan Islam yang berjalan beriringan, bukan yang bertentangan. “Inilah yang membuat KH Achmad Siddiq layak menjadi pahlawan nasional,” tegasnya.

Tentang Letkol Moch. Sroedji, Bupati menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Jember sudah mengusulkan sejak tahun 2016 dan telah direspon mendapatkan gelar “Mahaputra Utama”. Kini diupayakan pengusulan kembali untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional dengan kelengkapan berkas-berkas dan bukti sejarahnya.

Kisah perjuangannya juga telah disosialisasikan agar lebih luas diketahui masyarakat. Sosialisasi ini melalui film, drama kolosal, seminar dan bedah buku di seluruh kalangan masyarakat Jember dan sekitarnya. “Karena beliau bukan hanya berjuang di Jember tetapi juga sekitar wilayah Jawa Timur,” terangnya.

Seminar pengusulan dua tokoh Jember menjadi pahlawan nasional, KH. Achmad Siddiq dan Letkol. Moch. Sroedji, menghadirkan dua pembicara, Kasbrig 09 Letkol Inf Arif Munawar dan Wakil Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo KH Afifuddin Muhajir. Kasbrig 09 Letkol Inf Arif Munawar menjelaskan pengusulan gelar pahlawan nasional untuk Letkol Moch. Sroedji, dilihat dari aspek legalitas.

Pengusulan Letkol Moch Sroedji, menurut Arif Munawar sudah 80 persen memenuhi syarat. Begitupun pada aspek sosiologis sudah sangat memenuhi syarat. “Pengorbanan dan dampaknya tidak hanya di Jawa Timur, bahkan nasional,” katanya.

Tinggal 20 persen aspek legalitas, yang sudah diteliti lebih lanjut oleh tim, dan hanya menunggu keputusan presiden. Oleh karena itu Arif Munawar mengajak seluruh masyarakat untuk berdo’a agar keberlangsungan pengusulan ini berjalan lancar.

Sementara itu, KH. Afifuddin Muhajir menjelaskan, bahwa KH. Achmad Siddiq adalah sosok yang dipilih oleh para ulama-ulama senior untuk menjadi Rois Am NU pada tahun 80-an. Dan peran NU paling utama selama ini ada tiga, yakni berperan sebagai benteng akidah ahlusunnah wal jamaah, pengawal moral bangsa Indonesia, dan sebagai penyanggah NKRI.

“Pada ketiga peran ini, Kiai Achmad Siddiq memiliki andil yang sangat luar biasa melalui ajaran-ajarannya,” ungkapnya.

Usulan gelar pahlawan nasional untuk KH. Achmad Siddiq, menurut Kiai Afifuddin, bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kepentingan meneruskan sejarah. “Oleh karenanya, pahlawan Jember ini layak jika diresmikan sebagai pahlawan nasional,” tegasnya.(*).