LONTARNEWS.COM. Meski pemilihan presiden terbilang masih jauh, baru akan dihelat tahun 2024, namun saat ini tensi politik terasa mulai menghangat. Dinamika politik kian berhembus kencang, sejumlah partai politik juga mulai berancang-ancang untuk memunculkan kandidat calonnya yang akan ditampilkan pada pilpres 2024 mendatang.
Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang digawangi H Surya Paloh, secara mengejutkan mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal capres untuk pilpres 2024. Manuver politik NasDem ini juga diikuti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bacapres tahun 2024.
Keputusan politik yang ditempuh NasDem dan PSI ini tak urung menyedot perhatian banyak kalangan. Beragam komentar pun saling bersautan, pro kontra terjadi atas langkah yang telah diambil kedua parpol tersebut.
Pendeklarasian kedua tokoh sebagai bacapres itu pun juga diwarnai beragam tanggapan. Ada yang menganggap salah satu dari bacapres tidak akan melaju terus atau gagal mengikuti kontestasi pilpres mendatang, karena terganjal oleh suatu masalah.
Terlepas dari ragam sudut pandang terhadap dua tokoh yang sudah dideklarasikan sebagai bacapres pada tanggal 3 Oktober 2022 lalu. Sekarang mari kita coba melihat suksesi kepemimpinan nasional Indonesia berdasarkan perenungan dan pengamatan mata bathin para tokoh terdahulu.
Adalah Kitab Musarar Jangka Jayabaya, yang memuat prediksi kehidupan masa yang akan datang di Tanah Jawa (Nuswantara), termasuk suksesi kepemimpinan. Di kalangan masyakarat, khususnya Jawa, kitab ini diyakini kebenarnnya, karena dianggap terbukti.
Sebagian masyarakat berpendapat dan meyakini, sesuai yang disebutkan dalam Kitab Jangka Jayabaya, bahwa syarat menjadi pemimpin Indonesia adalah mereka yang namanya masuk dalam akronim No-To-Na-Go-Ro. No (Sukarno), To (Suharto), Na/Ne (?), Go (Mego/Mega/Gus Dur).
Lalu siapakah yang dimaksud RO ?. Mungkinkah inisial RO ini mengarah pada nama Anies ROsyid Baswedan ?. Tidak ada yang bisa memastikan, kita tunggu saja siapa yang akan menjadi orang nomor satu di Indonesia setelah berakhirnya masa jabatan Joko Widodo sebagai presiden Republik Indonesia.
Sekarang terlepas dari akronim nama yang dianggap mewakili nama pemimpin Indonesia, dalam Kitab Musarar Jangka Jayabaya, ada bait yang menjelaskan akan datangnya seorang pemimpin Indonesia di masa mendatang. Ciri-ciri dari pemimpin yang dikatakan akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi bangsa dan negara Indonesia ini memiliki tiga sifat, yakni Adil, Sosok yang Relegius, Mengabdi untuk Rakyat.
Pemimpin ini dikenal dengan sebutan Satria Piningit (Ratu Adil). Satria Piningit diartikan sebagai ksatria yang masih tersembunyi oleh zaman. Sedangkan Ratu Adil diartikan sebagai pemimpin yang bijak dan adil.
Satria Piningit digambarkan sebagai sosok kesatria yang akan menjalankan pemerintahan dengan adil dan peduli kepada seluruh rakyatnya. Sataria Piningit juga dipercaya tidak akan mengedepankan kepentingannya diri sendiri atau kelompok dan golongan yang mendukungnya.
Lalu siapakah yang dimaksud Satri Piningit atau Ratu Adil itu ?. Merujuk pada Kitab Musarar Sunan Giri Prapen yang memuat ramalan-ramalan Jayabaya, terdapat bait yang berbunyi “Prabu tusing waliyulah, Kadhatone pan kekalih, Ing Mekah ingkang satunggal, Tanah Jawi kang sawiji, Prenahe iku kaki, Perak lan gunung Perahu, Sakulone tempuran, Balane samya jrih asih, Iya iku ratu rinenggeng sajagad.
Terjemahan: “Raja utusan para Wali Allah, istananya ada dua, di Mekah salah satunya, Tanah Jawa yang ke duanya (Orang Islam yang menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran tradisi Jawa (kawruh Jawa), letaknya dekat Perak dan Gunung (Tangkuban?) Perahu, di barat Pertemuan Sungai, rakyat pasukannya pada hormat, dia itu raja terkenal seluruh dunia”
Dari bait Kitab Musarar tersebut kemudian muncul pertanyaan ?. Apa dan siapa yang dimaksud tokoh utusan waliyullah yang berkedaton di Mekkah dan Tanah Jawa itu. Apakah sosok keturunan Timur Tengah yang sudah menjadi Jawa (Jawani). Atau siapa ?. Wallahu a’lam bishawab.(*).