Lagu itu kata Ebiet G Ade, dibuat bersamaan dengan terjadinya bencana Kawah Sinila, yang menewaskan sekira 150 orang
Dalam kebingungan dan gelisah atas terjadinya bencana yang menimpa kampung halamannya, Ebiet mencoba untuk mencari jawabannya.
Namun upaya mendapatkan jawaban atas tejadinya peristiwa bencana itu tak juga membuahkan hasil.
Ini tercermin dari lirik lagu yang ditulisnya. “Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Tetapi semua diam, tetapi semua bisu. Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit”
Dalam kondisi yang tidak menentu, ditambah rasa gelisah yang tak berkecamuk, lahirlah ungkapan “Coba Kita Bertanya Pada Rumput yang Bergoyang”.
Pertanyaan ini lahir di tengah kesulitan mendapat kejelasan kabar tentang bencana Kawah Sinila di kampung halamannya, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah.
“Saat kawah Sinila mengeluarkan racun dan merenggut korban sebanyak 150 orang, saya di Jogja gelisah, apa yang sedang terjadi,”kenang Ebiet, dalam wawancara di akun youtube Mata Najwa.(*).