Jember.LONTARNEWS.COM. Tebing jembatan di Dusun Krajan Desa Patemon, Tanggul yang longsor sejak lebih dari sebulan longsor lalu, memakan korban. Seorang gadis, Nafisa (16 tahun) warga setempat, terperosok masuk lubang yang ada di atas tebing tersebut.
Beruntung saat gadis tersebut terperosok masuk lubang, tidak ada batu tebing yang menyertai. Anak tersebut hanya luka sedikit pada bagian kaki dan merasakan sakit pada bagian punggungnya.
Hermin, pemilik warung yang tak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP), mengatakan, kejadian tersebut bermula dari seorang anak pembeli ayam geprek di warung Inyong. Anak sekira usia 3 tahun tersebut lari menuju ke arah lubang yang ada di atas tebing longsor itu.
Melihat itu, ibu dari anak tersebut langsung berteriak. Mendengar teriakan ibu pembeli ayam geprek, Nafisa yang memang bekerja di Warung Inyong, berusaha mengejar anak itu. “Setelah sampai di atas tebing itu, Nafisa tiba-tiba terperosok masuk lubang,” ujar Hermin, pemilik warung di sekitar TKP, Rabu (23/12/2020).
Tak urung, perisitiwa inipun mengundang warga setempat berlarian menuju TKP untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Termasuk perangkat desa dan babinsa setempat yang oleh warga dihubungi seketika itu juga mendatangi TKP.
Teguh Hidayat, Babinsa Patemon, Tanggul, berharap warga yang ada di sekitar TKP bisa ikut mengamankan dengan memberi tahu akan kondisi tebing yang berlubang tersebut. “Utamanya kepada pengguna jalan sebaiknya hati-hati saat melewati jalur ini,” ujar Teguh saat ditemui di TKP.
Sementara warga setempat, Gatot Budiono SH, meminta kepada pihak pemerintah untuk segera melakukan upaya perbaikan atas kondisi tebing jembatan yang sangat membahayakan itu. “Saya warga sini (Patemon,red), tahu persis keadaan jembatan ini. Demi keselamatan warga dan pengguna jalan, tolong segera diperbaiki jembatan ini,” pinta Gatot.
Kesegeraan atas perbaikan tebing dan jembatan ini, lanjut Gatot, sudah cukup mendesak, mengingat kondisinya sudah parah. “Jembatan ini sudah berkali-kali disurvei, tapi tindaklanjutnya tidak pernah ada. Jangan hanya diukur-ukur terus, tapi perbaikan gak pernah ada,” tegas Gatot Budiono, yang juga advokat itu.(*).