Mengenang Kembali Peristiwa Heroik 10 Nopember 1945, di Kampung Londo

IMG 20191110 165812 e1573380156449
Drama Kolosal mengenang perjuangan heroik 10 Nopember 1945 di Kampung Londo, Kencong, Jember, Minggu (10/11/2019)
Drama Kolosal mengenang perjuangan heroik 10 Nopember 1945 di Kampung Londo, Kencong, Jember, Minggu (10/11/2019)

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Peristiwa 10 Nopember 1945, adalah bukti tekad rakyat Indonesia atas keinginan luhurnya untuk menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh. Sehingga siapapun yang mencoba mementahkan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, akan dihadang dan dihadapi, sekalipun nyawa taruhannya.

Tekad dalam mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih bangsa Indonesia ini, kembali diingatkan siswa siswi SMK Muhamadiyah 05 (SMK Mulia) Cakru, Kencong, Jember. Lewat drama kolosal, siswa sekolah tersebut kembali mencoba mengisahkan peristiwa heroik yang menewaskan Brigadir Jenderal Mallaby, Komandan Brigade dari Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI), pasukan Sekutu yang dikirim ke Indonesia.

Dengan latar belakang bangunan tua di bekas Pabrik Gula (PG) Gunungsari, Kencong atau yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Londo (Belanda), drama kolosal tentang kepahlawanan para pejuang ini, 50 siswa siswi SMK Mulia, Cakru Kencong, berusaha memeragakan kegigihan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dari upaya penjajah Belanda untuk menguasai kembali Bumi Pertiwi. “Rangkain kegiatan dua hari ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para siswa siswi tentang bagaimana menghargai jasa para pahlawan,” tutur Tovan Eko Cahyono S.Pd, Waka Kesiswaan SMK Mulia Cakru, Kencong.

Gelar drama kolosal peristiwa 10 Nopember 1945 itu, juga dimaksudkan agar para siswa tidak lupa akan sejarah berdirinya negara Indonesia. Bahwa, kemerdekaan yang dinikmati oleh generasi sekarang, sesungguhnya diperoleh dengan cara berjuang.

“Oada masa itu tidak mudah memperjuangkan kemerdekaan negara Republik Indonesia. Maka dari itu kami mengelar drama Kolosal tentang kepahlawanan ini di Kampung Londo. Selain itu, siswa siswi bisa menjaga warisan budaya, juga selalu mengingat tentang arti hari pahlawan secara langsung,” paparnya.

Drama kolosal yang digelar dibekas bangunan Belanda itu, juga membuat larut beberapa siswa. Mereka larut dalam kisah perjuangan melawan pasukan penjajah yang dilengkapi dengan persenjataan modern.

Terlebih dalam drama ini, juga diperagakan bagaimana para pejuang berusaha mengganti (merobek) bendera merah putih biru (bendera Belanda), yang terpasang di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), Surabaya. Hingga akhirnya, dengan pekik Allahu Akbar dan Merdeka, bendera merah putih biru itu berhasil diturunkan dan robek pada bagian warna birunya, sehingga berubah menjadi merah putih.

Salah satu siswa yang memerankan Bung Tomo, mengaku bangga bisa ikut bermain falam drama kolosal kepahlawanan itu. “Kami bangga, meski kami tidak ikut berjuang kala itu, namun kami diberi kesempatan membuat drama kolosal di hari pahlawan ini,” aku Moh. Ilham, siswa yang memerankan Bung Tomo.

Namun begitu, sebagai siswa yang tidak ikut merasakan perjuangan sesungguhnya, Ilham mengaku, punya tugas dan kewajiban dalam mengisi kemerdekaan. “Kami sebagai siswa menyingkapi hari kemerdekaan ini dengan cara harus belajar rajin dan tidak melupakan jasa para pahlawan, dan kami harus terus menjaga solidaritas antar umat beragama dan ras agar negara Indonesia semakin kuat,” imbuhnya.(**UL).