Jember.LONTARNEWS.COM. Upaya untuk menumbuhkan rasa peduli dan cinta terhadap lingkungan terus dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Jember. Salah satu upaya yang dilakukan, yakni melalui pembinaan dan pemberian pemahaman soal berbudaya lingkungan hidup di sekolah.
Dengan Gerakan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (GPBLHS) Tim Adiwiyata Kabupaten Jember, melaksanakan pembinaan kepada 48 kepala madrasah. Kegiatan ini digelar, menyusul sukses yang berhasil diraih Tim Adiwiyata Jember mengantar SMPN 1 Sumberbaru, SMPN 1 Tanggul, SMPN 1 Balung, dan MTs Baitul Hikmah Tempurejo, menjadi Sekolah/Madrasah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur.
“Ini dalam rangka menuju Sekolah atau Madrasah Adiwiyata Tahun 2022. Tim Adiwiyata GPBLHS Kabupaten Jember, melaksanakan pembinaan kepada 48 kepala madrasah. Mulai dari Aliyah, MTs, MI Negeri dan Swasta, yang dipusatkan di MTs Negeri 7 Jember, Umbulsari,” ujar H.A. Fauzi, S.Sos, M.Si, Kepala Bidang Tata Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Jember, Kamis (02/12/2021).
Kegiatan ini, kata Fauzi, sebagai tindaklanjut dari surat usulan yang disampaikan Kepala Kemenag Jember. Kemenag Jember meminta 48 lembaga pendidikan di bawah naungannya untuk dibina menjadi sekolah adiwiyata tahun 2022.
“Kegiatan ini biasa kita lakukan sebagaimana pembinaan sekolah adiwiyata yang lainnya. Ada dua hal yang menjadi kebanggaan kami, yang pertama kita mentradisikan setiap kita melaksanakan kegiatan pembinaan, di situ pula kita laksanakan gerakan penanaman bersama-sama,” jelasnya.
Aksi penanaman pohon bersama ini dimaksudkan sebagai contoh kepada peserta, cara menuju sekolah adiwiyata. Dengan cara seperti ini diharapkan tumbuh rasa peduli dan budaya menanam pohon di kalangan insan sekolah.
Mulai dari kepala sekolahnya, dewan guru, karyawan, murid atau komite serta stakeholder.
“Kalau beberapa tahun yang lalu senang menebang tapi tidak senang menanam, saat ini kita balik menjadi senang menanam dan tidak hanya senang menebang pohon,” tuturnya.
Upaya seperti ini kata dia, harus dilakukan secara masif, mengingat kondisi lingkungan alam sekitar makin tidak seimbang. Dimana, saat musim kemarau, di sejumlah daerah kerap menghadapi persoalan kesulitan mendapatkan air bersih untuk konsumsi.
Sebaliknya, saat musim penghujan, masyarakat dihantui adanya ancaman bencana alam. Baik banjir luapan maupun banjir bandang serta tanah longsor.
“Dengan menanam pohon kita harapkan bersama terjadi keseimbangan di alam. Sehingga akar pohon yang begitu kuat dapat mengikat pori tanah sehingga tidak mudah terjadi longsor dan sebagainya,” tambahnya.(dna).