Penangkapan terhadap Letkol Abd Rivai oleh Belanda, menjadikan pasukan Brigade III Damarwulan seperti anak ayam kehilangan induknya.
Keadaan menjadi tidak menentu, karena belum ada pemimpin baru yang menggantikan posisi Letkol Abd Rivai, sebagai Komandan Brigade III Damarwulan.
Dalam keadaan tidak menentu yang terjadi di dalam tubuh Brigade III Damarwulan, Mayor Imam Soekarto, selaku Staf Brigade langsung mengambil inisiatif memegang tongkat komando
Setelah komando Brigade III Damarwulan dalam kepemimpinannya, langkah pertama yang dilakukan Imam Soekarto, adalah melakukan konsolidasi pasukan sekaligus melanjutkan instruksi pemimpin sebelumnya, yakni meneruskan kegiatan macht vertoon sampai ke Desa Sucopangepok.
Perintah macht vertoon (unjuk kekuatan) yang dicetuskan komandan Brigade III Damarwulan yang pertama Letkol Moch Sroedji, di Penanggal saat pulang dari hijrah, ini berhasil dilaksanakan dengan baik.
Setelag pasukan Brigade III Damarwulan berkumpul di Sucopangepok, langsung dilakukan konsolidasi membahas rencana berikutnya.
Dari konsolidasi ini pimpinan Brigade III Damarwulan menginstruksikan, seluruh pasukan kembali ke daerah masing-masing dengan tetap melakukan perlawanan gerilya.
Sementara pasukan Batalyon 25 Jember, di bawah pimpinan Mayor Syafioedin, setelah konsolidasi di Sucopangepok, seluruh kompi kembali ke markas komandonya di Karang Bayat, Sumberbaru.