Suatu ketika, saat Sulastri dan Mayor Syafioedin berada di rumah kepala kampung di Desa Pondokdalem, Kamsiti, tiba-tiba muncul patroli Belanda dari arah selatan atau Pos Belanda di pertigaan jalan besar di Desa Pondokdalem.
Melihat ada patroli Belanda yang menuju ke rumah Kamsiti, Sulastri dan Mayor Syafioedin bergegas mencari tempat persembunyian.
Dalam kondisi panik disertai rasa takut yang tinggi, isteri Kamsiti, tiba-tiba menyuruh Mayor Syafioedin dan Sulastri naik ke atas ‘pogo pawon’
…Pogo Pawon; suatu rak terbuat dari bambu yang diletakkan di atas tungku atau luweng (Jawa), berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau pengeringan kayu dan beberapa hasil bumi…
Setelah pasangan suami isteri yang sama-sama pejuang itu naik ke atas pogo pawon, isteri Pak Kamsiti langsung menyalakan tungku yang ada di bawahnya.
Setelah itu bu Kamsiti menggendong seorang anak yang masih balita. Sambil digendong, tangan bu Kamsiti mencubit pantat anak tersebut.
Karuan saja, mungkin karena merasa sakit, anak yang digendong bu Kamsiti itu menangis sejadi-jadinya.
Tentara Belanda yang sedang melakukan patroli itu menghampiri bu Kamsiti, sambil bertanya.