Bak gayung bersambut, Ing Tai yang memang sejak lama menaruh rasa simpati kepada Sampek, disambutnya ungkapan cinta itu dengan perasaan yang sama.
Setelah saling mengungkapkan rasa kasih dan cintanya, sejoli itupun berikrar akan menjaga cintanya “sampai maut memisahkan”.
Namun sayang, ketika hati keduanya berbunga-bunga, tanpa disadari orang tua Ing Tai ternyata sudah menerima lamaran seorang pemuda lain yang ingin menjadikan Ing Tai sebagai isterinya.
Kabar yang membuat jantung berdegup kencang ini diketahui saat Sampek bermaksud melamar gadis pujaannya, Ing Tai, untuk dijadikan pendamping hidupnya.
Bagai petir di siang hari, Sampek kaget bukan alang kepalang mendengar kabar itu. Ia pun pulang ke rumahnya dengan kehampaan dan perasaan hati yang tak menentu.
Beberapa lama kemudian Sampek pun jatuh sakit, akibat dari depresi berat yang dialami.
Karena sakit yang dideritanya tak kunjung sembuh, kian hari semakin parah, akhirnya Sampek meninggal.
Di lain kesempatan, orang tua Eng Tai yang sudah menerima lamaran seorang pemuda bernama Ma WenCai, putra keluarga kaya, tengah mempersiapkan acara pesta pernikahan puterinya tersebut.
Dipersiapkanlah segala keperluan untuk menghantar Eng Tai yang akan dipertemukan dalam kursi pelaminan dengan Ma WenCai, yang berasal dari keluarga kaya itu.