Sementara pasukan Adipati Puger yang sudah kerasukan setan terus menggempur dan melakukan perusakan di komplek Kadipaten Kutha Blater.
Adipati Kutha Blater yang melihat aksi Adipati Puger dan pasukannya mengamuk, melakukan perusakan, berusaha memberikan perlawanan.
Dalam perang tanding itu, Adipati Kutha Blater terkena tombak di dadanya dan jatuh tersungkur meninggal seketika.
Putra Adipati Kutha Blater, Arya Blater (Arya Cengkiling) yang tidak menerimakan tindakan yang dilakukan Adipati Puger terhadap istananya dan membunuh ayahnya, sangat marah dan langsung melakukan perlawanan.
Ia langsung memimpin prajurit Kadipaten Kutha Blater untuk melakukan pembalasan. Aryo Blater dan prajurit Kadipaten Kutha Blater menyerang prajurit Puger yang tengah berpesta pora merayakan kemenangan.
Akan tetapi karena dalam pesta pora itu juga disertai dengan minum-minuman keras, akhirnya banyak pasukan Kadipaten Puger yang mabuk dan tertidur pulas.
Di saat pasukan Kadipaten Puger lengah itulah, Arya Blater dan pasukannya menyerang. Tak urung, pasukan Kadipaten Puger dibuat kalang kabut atas terjadinya serangan mendadak itu, bahkan banyak yang terbunuh.
Adipati Puger bahkan terluka oleh senjata Arya Blater. Hanya saja, Adipati Puger masih bisa direbut oleh pasukannya dan dibawa lari kembali ke Puger.
Kekalahan dalam peperangan yang dialami Adipati Puger, ternyata tidak mengakhiri perseteruan kedua kadipaten.
Terbukti, beberapa lama kemudian, setelah Kadipaten Puger merasa siap, Adipati Puger bersama pasukannya kembali melancarkan serangan ke Kadipaten Kutha Blater.