Adipati Puger yang sudah sembuh dari luka akibat senjata Arya Blater, kembali menyerang Kadipaten Kutha Blater dengan kekuatan yang jauh lebih besar dibanding serangan pertama.
Serangan Adipati Puger kedua dengan jumlah pasukan yang jauh lebih besar dibanding pertama, ini menjadikan pasukan Kutha Blater yang dipimpin Arya Blater kewalahan.
Pasukan Kutha Blater tercerai berai melarikan diri, termasuk Arya Blater. Mereka berlari sambil menyamar menyusup ke desa-desa agar tidak diketahui oleh Adipati Puger maupun orang-orangnya.
Setelah berjalan berhari-hari, sampailah ia di sebuah desa yang sekarang dikenal dengan Desa Sumberrejo. Desa ini meski jauh dari ibukota kadipaten, namun sebenarnya masih wilayah kekuasaan Kadipaten Kutha Blater.
Di tempat yang jauh dari keramaian, masuk pedalaman, dan bukan jalur yang biasa digunakan masyarakat ini, Arya Blater relatif aman dari pantauan prajurit Puger.
Namun rumah penduduk yang ada di daerah ini terlihat lengang seperti tidak berpenghuni. Penduduk agaknya tidak berani keluar rumah, mungkin karena mendengar ada pembakaran dan perusakan yang dilakukan oleh prajurit Puger.
Mereka lebih memilih berdiam diri di dalam rumah dan tidak berani menampakkan diri. Di luar rumah penduduk hanya terlihat ayam yang sedang bermain mencari makanan.
Arya Blater yang berjalan keluar masuk kampung, merasakan dahaga yang teramat sangat. Sambil berharap ketemu warga yang bisa memberikan pertolongan, Arya Blater bersama prajurit setianya terus melangkahkan kakinya untuk mencari air.
Namun sampai sejauh itu, tak satupun warga yang ditemui. Suasana ketika itu benar-benar seperti desa mati dan tidak berpenghuni, pintu dan jendela rumah penduduk tertutup rapat.
Hingga pada akhirnya, karena sudah tidak sanggup menahan dahaga, Arya Blater menyelinap masuk ke rumah salah seorang penduduk.