Di rumah penduduk itu Arya Blater mengetuk pintu dan menyampaikan ucapan permisi. Namun sampai berkali-kali ketukan dilakukan dan ucapan permisi juga disampai, tak satupun ada suara orang yang menanggapinya.
Hingga pada akhirnya, karena sudah berkali-kali mengetuk pintu dan tidak ada jawaban, Arya Blater memutuskan untuk masuk ke rumah tersebut.
Tanpa diduga, tiba-tiba seorang laki-laki setengah baya muncul dari sebuah bilik. Tatapan matanya penuh curiga dan tidak ramah.
Seketika itu orang tersebut langsung bertanya. “Siapakah engkau berani masuk rumah orang?” tanya penduduk itu kepada Arya Blater.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Arya Blater menjelaskan, bahwa dirinya sudah berkali-kali mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban.
“Mereka ketakutan karena ada peperangan. Engkau siapa?” tanya orang itu lagi.
“Aku Arya Blater, putra Adipati Kutha Blater. Aku minta bantuanmu paman. Aku haus, aku minta seteguk air,” kata Arya Blater sambil menahan dahaga.
“Aku tidak punya air, pergilah dari sini. Aku takut kepada Gusti Adipati Puger dan anak
buahnya. Kalau engkau masih di sini, aku dan keluargaku akan dibunuhnya,” ujar orang itu.
Mendengar ucapan orang tersebut, Arya Blater pun pindah ke rumah yang ada di sebelahnya. Tapi di rumah sebelah inipun Arya Blater juga mendapat jawaban yang hampir sama.
Usai dari rumah itu, Arya Blater meneruskan perjalanannya mencari air guna menghilangkan dahaga yang dirasakannya.