Karena surat dari Raja Nusa Barong ternyata berisi lamaran. Raja Nusa Barong, Prabu Nila Taksaka, berhasrat menjadikan Dewi Nagasari, puteri Prabu Sukmayana, sebagai isterinya.
Masygullah hati Raja Sukmayana, setelah membaca surat dari Raja Nusa Barong itu. Raja Sukmayana begitu berat untuk menerima lamaran itu, karena ia tidak ingin di antara puteri-puterinya berpisah berjauhan.
Raja Sukmayana bersedih karena tidak tahu jawaban apa yang harus diberikan kepada Raja Nusa Barong, Prabu Nila Taksaka.
Melihat ayahandanya bermuram durja, Dewi Nagasari langsung mendekat dan menghampiri sambil bertanya
“Mohon ampun ayahanda, apa kiranya yang membuat ayahanda bersedih. Ananda melihat ayahanda bermuram durja, sekiranya ananda boleh mengetahuinya?” tanya Dewi Nagasari, kepada ayahandanya, Raja Sukmayana.
“Ayahanda bersedih menerima lamaran Prabu Nila Taksaka yang menginginkan salah satu dari kalian, sedangkan ayahanda tidak menginginkan ananda berpisah satu sama lain. Ayahanda menyayangi kalian,” kata Prabu Sukmayana kepada putri-putrinya.
“Ayahanda, di antara kami siapakah yang diinginkan oleh Prabu Nila Taksaka,” tanya Dewi Nagasari lagi.
“Engkau Dewi Nagasari, anakku,” jawab Raja Sukmayana, dengan wajah nampak memerah.
“Baiklah ayahanda, ananda bersedia menerima lamaran Raja Nila Taksaka, tetapi dengan satu syarat ia harus mampu membuat atau membuka jalan di Hutan Puger,” ucap Dewi Nagasari.
“Engkau memang anak yang baik dan berbakti kepada orang tua. Baiklah ananda, ayahanda akan segera membuat surat balasan kepada Prabu Nila Taksaka,” timpal Raja Sukmayana.