Keduanya akhirnya sama-sama berguru kepada Ki Seger Gunung Putih. Bedanya, kalau Prabu Mayang Kusuma berguru kepada Ki Seger dengan tujuan memperdalam ilmu, sedangkan Prabu Nila Taksaka berguru untuk tujuan meminta bantuan membuka Hutan Puger.
Benar saja, berkat bantuan yang diberikan Ki Seger, keinginan Prabu Nila Taksaka untuk memenuhi syarat yang diajukan Putri Nagasari, akhirnya tercapai.
Hanya saja, karena cara membabat hutan Puger tidak dilakukan sendiri oleh Nila Taksaka, tapi meminta tolong kepada Ki Seger, Dewi Nagasari menjadi benci kepada Nila Taksaka.
Dewi Nagasari tahu bahwa yang membabat hutan Puger bukanlah Prabu Nila Taksaka, tapi Ki Seger Gunung Putih yang melakukan dengan kesaktiannya.
Meski begitu, Prabu Nila Taksaka nampaknya tidak mau peduli dengan semua itu. Dia tetap memaksa Dewi Nagasari mau diboyong ke istananya di Nusa Barong.
Mengetahui sikap Nila Taksaka yang tetap ngotot untuk menjadikan dirinya sebagai isteri, Dewi Nagasari akhirnya memilih lari dari istana Kerajaan Sukma Ilang.
Ia lari ke arah barat hingga sampai ke Gunung Putih. Di tempat itulah Dewi Nagasari bertemu dengan Prabu Mayang Kusuma, yang tak lain adalah Raja dari Kerajaan Medang Kemulan.
Pertemuan dua anak manusia yang berlainan jenis ini, ternyata berbuntut. Dewi Nagasari yang melihat sopan santun dan kehalusan budi Mayang Kusuma, mulai menaruh rasa simpati, bahkan jatuh cinta.
Di lain pihak, Raja Nusa Barong, Prabu Nila Taksaka, ketika mendengar putri-putri Raja Sukmayana melarikan diri dari istana Kerajaan Sukma Ilang, sangat murka.
Maka dicarilah Dewi Nagasari ke berbagai pelosok desa. Sedang Dewi Nagasari yang tahu dirinya terus dicari Nila Taksaka, berusaha meminta perlindungan kepada Prabu Mayang Kusuma.
