LONTARNEWS.COM. Macht Vertoon, Letkol Moch Sroedji buktikan tentara masih ada. Gerakan ini perlu, agar rakyat melihat langsung pasukan Brigade III Damarwoelan.
Karena setelah lama ditinggalkan hijrah ke wilayah republik Indonesia di Yogjakarta, Kediri dan Blitar, pasukan Resimen 40 Damarwoelan (nama sebelum Brigade III Damarwoelan), dianggap sudah tidak ada.
Upaya pmemperlihatkan diri kepada rakyat, dianggap sebagai keharusan, karena selama ditinggal hijrah ke wilayah republik Indonesia, Belanda sangat gencar menghembuskan isu bahwa tentara sudah tidak ada alias bubar.
Sebab itu setelah pulang dari hijrah dengan menempuh perjalanan sejauh lebih kurang 500 kilometer, Letkol Moch Sroedji, berusaha mencari cara untuk meyakinkan rakyat, bahwa tentara masih ada.
Sroedji menganggap, hijrahnya pasukan Resimen 40 Damarwoelan ke wilayah Republik Indonesia, menjadikan Jember tidak ada kekuatan bersenjata yang bisa menghadapi ambisi Belanda untuk menguasai kembali Indonesia.
Adanya kekosongan kekuatan bersenjata di Jember setelah hijrahnya tentara ke wilayah republik, ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memengaruhi dan menghasut rakyat.
Belanda dan antek-anteknya memprovokasi rakyat, bahwa Tentara Nasional Indonesia sudah tidak ada alias bubar, rakyat juga dipaksa untuk bergabung dan mendukung pemerintahan Hindia Belanda.
Keadaan seperti ini berlangsung selama pasukan Brigade III Damarwulan berada di tempat hijrah di wilayah Republik Indonesia. Hijrah itu sendiri sebagai konsekwensi dari Perjanjian Renville yang digelar sejak tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948.