Menara Babel, Simbol Keangkuhan Umat Manusia

Menara Babel yang menjadi icon Mesopotamia, hingga saat ini terus menjadi pembahasan di kalangan ahli dan pemerhati sejarah.

Menara Babel atau Etemenanki ziggurat (“Rumah berdirinya langit dan bumi”), sebenarnya dibangun pada abad II SM, namun kemudian berkali-kali dihancurkan dan dibangun kembali.

Konstruksi terakhir dibuat pada abad ke 7-6 SM. Jika dihitung dengan standar saat ini, ketinggian menara yang dibuat Nimrod tersebut setara gedung pencakar langit 30 lantai.

Bacaan Lainnya

Menara Babel adalah piramida bertingkat delapan yang pada setiap tingkatannya memiliki warna yang ditentukan dengan ketat.

Di bagian atas ziggurat terdapat tempat perlindungan yang dilapisi dengan ubin biru dan dihiasi dengan tanduk emas di sudutnya (simbol kesuburan). Zigurat merupakan monumen besar yang dibangun di lembah Mesopotamia Kuno (Irak Selatan) dan dataran tinggi Iran bagian barat.

Bangunan ini difungsikan untuk upacara keagamaan, tempat pertemuan warga, pertunjukan seni, juga menjadi pusat agama dan ilmu pengetahuan.

Sekitar tahun 2000 SM ziggurat dibangun sebagai menara yang dipercaya menghubungkan dunia dengan surga.

Menara Babel yang merupakan zigurat bertingkat, dianggap sebagai tempat Dewa Marduk, dewa pelindung kota, yang didalamnya dilengkapi dengan meja berlapis emas dan tempat tidur Marduk.

Mengenai ada tidaknya bangunan tinggi yang dibuat anak cucu keturunan Nuh setelah terjadinya Air Bah itu, Kitab Penciptaan menyebutkan;

“Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh Bumi,” demikian ajakan Nimrodz kepada umatnya seperti yang ditulis dalam Kitab Penciptaan.

Ajakan Nimrod untuk mendirikan sebuah menara yang mencapai langit agar mereka tidak terpencar dan tetap menggunakan bahasa yang sama, itu disepakati oleh keturunan Nuh lainnya.

Loading

Pos terkait