Satu kesatuan pasukah elit yang dibentuk tahun 1945 dengan nama Depot Speciale Troepen (DST), dipersiapkan untuk diterjunkan di Indonesia.
Nama kesatuan pasukan elit inipun dirubah dari DST (Depot Speciale Troepen), menjadi KST (Korps Speciale Troepen atau Korps Pasukan Khusus).
DST merupakan kelanjutan dari unit pasukan Korps Insulinde (Korps Insulindia). Saat pertama pasukan khusus ini dibentuk dengan nama DST pada tahun 1945, terdiri dari 570 personil.
Unit pasukan khusus ini di kemudian hari namanya dirubah lagi menjadi RST (Regiment Speciale Troepen atau Resimen Pasukan Khusus).
Selama pendudukan Jepang di Hindia Belanda, unit pasukan DST melakukan operasi klandestin, yaitu operasi intelijen atau militer yang tidak diketahui masyarakat umum, bahkan oleh pasukan musuh sekalipun
Tugas yang harus dijalankan oleh unit pasukan khusus Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), ini adalah menghancurkan pejuang dan kaum revolusioner selama Revolusi Nasional Indonesia.
Selama revolusi kemerdekaan Indonesia, pasukan DST atau KST telah melakukan sejumlah kegiatan operasi.
Diantaranya, pada akhir tahun 1946, di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling, DST/KST telah melakukan operasi kontraterorisme kontroversial yang dikenal sebagai “Kampanye Sulawesi Selatan”.
Dalam operasi ini, ribuan kaum nasionalis dan penduduk yang dianggap menjadi penghalang keinginan Belanda untuk menguasai kembali Indonesia, dibantai.