Pertanyaan Sang Dewi itu dijawab tegas dan lugas oleh Sang Pangeran, bahwa dirinya tidak sengaja jatuh dan kecebur ke dalam telaga, gara-gara terpeleset karena melihat kecantikan dan kemolekan tubuh Sang Dewi.
Mendengar pengakuan itu, Sang Dewi tertunduk malu. Pangeran Repatmaja pun lalu bertanya.
“Maaf puteri, kalau boleh saya tahu, puteri dari mana. Kenapa mandi di sini,” tanya Pangeran Repatmaja kepada Dewi Rengganis.
Mendengar pertanyaan itu, Putri Sang Adipati itu hanya menjawab singkat. “Kalau Pangeran ingin tahu dan ngobrol denganku, datanglah ke rumahku di Lereng Argopuro,” jawab Dewi Rengganis, seraya bersiap untuk balik pulang ke rumahnya.
Usai mempersilahkan datang kerumahnya, sesaat kemudian Sang Dewi beranjak pergi yang diikuti dayang-dayangnya.
Sementara Sang Pangeran yang masih penasaran dengan identitas Sang Dewi berusaha terus mengejarnya hingga ke Lereng Argopuro.
Singkat ceritera, Sang Dewi dan Pangeran kemudian dipertemukan oleh Sang Adipati. Karena terlihat saling menyukai, keduanya lalu dinikahkan.
Dan menurut ceritera, keduanya hidup rukun hingga beranak pinak sampai akhir hayatnya. Dari ceritera ini, kemudian muncul kepercayaan di kalangan masyarakat, bahwa sebuah perkawinan akan langgeng kalau kedua penganten, putra putri, mandi bareng di kolam Pemandian Patemon, tanpa melepas pakaian penganten.
Konon nama Patemon yang dikenal sekarang berasal dari bertemunya Dewi Rengganis dan Pangeran Repatmaja. Yakni pertemuan dua anak manusia yang dalam Bahasa Madura disebut ‘ketemon’ ini terlahir nama desa yang di kemudian hari dikenal dengan Patemon. (*)