LONTARNEWS.COM. I. Jember – Menyusul pertemuan Bupati dan Wakil Bupati Jember bersama Forkopimda, tokoh agama dan masyarakat membahas polemik seputar penyelenggaraan Granda Carnival Jember Fashion Carnival (JFC), kalangan santri yang tergabung dalam Aliansi Santri Jember (ASJ) melakukan aksi demo di depan halaman Pemerintah Kabupaten Jember. Aksi demo yang digelar ASJ ini untuk menyikapi penyelenggaraan JFC ke 18 yang dianggap melanggar norma dan ethika masyarakat, karena terkesan mengumbar aurat.
Peserta aksi menilai, event JFC yang mendatangkan artis ibu kota pada hari Minggu (4/8/2019) lalu, dinilai tidak mencerminkan masyarakat Jember yang agamis. Itu dikarenakan, kostum yang dikenakan Cinta Laura, dinilai mempertontonkan aurat di depan publik.
Aksi demo dari kalangan santri yang mendapat pengawalan 200 polisi dari Polres Jember ini, ditemui Wakil Bupati Jember Drs. KH. Abdul Muqit Arief. Kepada peserta aksi wabup menyampaikan, bahwa protes para santri yang tergabung dalam ASJ, sejatinya sudah dibahas oleh seluruh komponen Forkopimda, Ulama dan beberapa budayawan, dimana event JFC yang digelar beberapa waktu lalu memang di luar dugaan.
“Artis yang datang ke Jember untuk menyemarakkan JFC kemarin kehadirannya begitu spontan. Dimana kehadirannya untuk menghormati almarhum (Dynand Fariz,red), sehingga pihak penyelenggara tidak sempat melakukan briefing dan arahan-arahan. Ini sudah dirasakan oleh pihak managemen ketika artis tersebut mengenakan kostum yang viral itu,” ungkap Wabup Muqit Arief di hadapan peserta aksi demo, Rabu (7/8/2019).
Namun begitu, pihak managemen JFC, beserta Forkopimda dan ulama tetap siap mengakomodir masukan-masukan serta meminta maaf kepada masyarakat Jember atas kejadian itu. “Ini memang keteledoran dan kami mewakili Pemerintah Kabupaten Jember meminta maaf. Ke depan, tidak hanya JFC tapi kegiatan-kegiatan lainnya seperti Tajem maupun kegiatan lain akan dilakukan koreksi,” tandasnya.
Sementara salah satu peserta aksi demo, Ahmad Taufiq, mengatakan, event JFC dengan kostum yang mengumbar aurat telah melukai para pejuang Jember yang berlatar belakang Pesantren seperti KH. Ahmad Shidiq, KH. Khotib Umar. Ada 5 tuntutan yang disuarakan peserta aksi yang tergabung dalam ASJ.
Lima tuntutan itu antara lain, Penyelenggara JFC dan Bupati Jember harus meminta maaf kepada masyarakat dan komunitas pesantren. Bupati juga diminta bertanggung jawab atas keteledoran penyelenggara JFC.
Berikutnya, penyelenggaraan JFC tahun depan harus menonjolkan budaya lokal Jember dengan tidak mengeksplore budaya luar. “Jika tuntutan-tuntutan ini tidak dipenuhi, ASJ akan kembali melakukan aksi turun jalan dengan membawa massa yang lebih besar lagi,” tegasnya. (*).