LONTARNEWS.COM. Pembatalan status Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 oleh induk organisasi sepakbola dunia FIFA, menyisakan beragam tanggapan dari warga Indonesia.
Banyak yang tidak mau terima atas keputusan yang sudah dijatuhkan FIFA, meski tak sedikit pula yang menganggap biasa saja.
Mengingat peristiwa yang nyaris sama juga pernah terjadi pada masa pemerintahan Sukarno, dimana Indonesia menolak bertanding melawan Israel untuk memperebutkan tiket ke Piala Dunia Swedia 1958.
Nyaris tidak ada perbedaan alasan penolakan Indonesia untuk bertemu Israel dalam dua perhelatan akbar sepakbola tingkat dunia itu.
Indonesia tetap melihat Israel merupakan negara yang mencaplok hak orang Palestina atau dengan kata lain disebut sebagai negara penjajah.
Buntut dibatalkannya status Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara Piala Dunia U-20 oleh Federasi Sepakbola Internasional (FIFA), beragam komentar muncul dari masyarakat.
Keputusan FIFA yang membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan Piala Dunia U-20, dirasakan benar-benar mengejutkan dan sangat menyakitkan bagi masyarakat Indonesia, utamanya pecinta sepakbola.
Itu karena, persiapan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 dilakukan sejak lama, dan sudah menghabiskan biaya yang cukup besar
Belum lagi soal kesiapan timnas Indonesia U-20 sebagai tuan rumah yang juga akan berlaga di putaran Piala Dunia U-20.
Tim pelatih timnas U-20 yang dikomandani Shin Tae Yong, sudah menyiapkan 24 pemain yang akan diterjunkan pada perhelatan akbar sepakbola dunia untuk level di bawah 20 tahun itu.