LONTARNEWS.COM. Menyadari besarnya potensi yang dimiliki, ditambah perjalanan sejarah yang pernah ditunjukkan, di mana posisi Indonesia pernah sangat disegani di kancah internasional, Anies Rasyid Baswedan berkeinginan mengembalikan kebesaran dan kejayaan Indonesia itu seperti tahun-tahun 1950 – 1960an.
Anies menginginkan Indonesia kembali menjadi pemain utama dalam kancah internasional, dan tidak hanya sekadar sebagai penonton dalam politik global.
“Ketika kepercayaan dari bapak ibu diberikan kepada kami, maka kami inshaa Allah akan mengembalikan posisi Indonesia menjadi pelaku utama di dalam konstelasi global,” ujar Anies Baswedan, calon presiden nomor urut 1 dalam acara debat Capres Cawapres, di Istora Senayan, Minggu (07/01/2024).
Dalam upaya menjadikan Indonesia kembali disegani dunia seperti era tahun 1950-1960an, menurut Anies pada dasarnya bukan hal yang berlebihan.
Mengingat Indonesia memang punya latar belakang sejarah yang mengagumkan sekaligus membanggakan, karena cukup disegani negara lain.
Ditambah lagi, potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi negara yang disegani dan diperhitungkan dunia sangatlah mendukung.
“Kami merencanakan bagaimana kekuatan Indonesia, kekuatan kebudayaan, kesenian, kuliner kita, diplomatik, para diaspora, menjadi fenomena dunia hadir mewarnai kancah internasional,” tandas calon presiden dari Koalisi Perubahan dan Persatuan itu.
Dan pengembalian peran penting Indonesia dalam kancah internasional, ini tidak hanya akan dilakukan di level regional saja, tapi juga global.
“Indonesia tidak hanya hadir sebagai penonton, tapi sebagai penentu arah perdamaian, kemakmuran bagi seluruh bangsa. Di level global maupun regional,” ucap Anies lugas
“Kita menginginkan, dengan cara seperti ini, maka apa yang kita kerjakan di level dunia, membuat Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, sekaligus tamu mempesona di negeri orang,” jelasnya.
Hanya saja, agar keinginan itu bisa terwujud, presiden harus menjadi panglima diplomasi Indonesia, dan tidak hanya sekadar hadir dalam forum internasional saja.
“Tapi hadir mewarnai, hadir serius, termasuk amanat terpenting, menghapus penjajahan di muka bumi. Bukan sekadar stattemen dalam upacara, tapi presiden dan seluruh jajaran diplomasi bekerja keras untuk itu, khususnya untuk Palestina,” tegasnya.