Mengapa demikian?. Karena kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis pada bagian bawah lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, itu bermakna “berbeda-beda, tetapi tetap satu juga”.
Semboyan bhinneka tunggal ika itu menggambarkan, masyarakat di kawasan Nusantara atau Indonesia, yang terdiri dari beragaman suku, agama, ras, budaya maupun adat istiadat, merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Artinya kebhinnekaan yang ada dalam masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang baru, tapi sudah menjadi bagian dari keseharian.
Bangsa Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan. Dan itu dijunjung tinggi lewat sikap saling menghormati, toleransi.
Dari catatan sejarah, istilah Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan bangsa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta. Kalimat ini diambil dari Kakawin Sutasoma, karya Mpu Tantular, seorang pujangga yang hidup pada era Kerajaan Majapahit, abad 14.
Bhinneka Tunggal Ika terdiri dari kata bhinneka yang artinya berbeda-beda dan “Tunggal Ika” artinya ‘satu’. Maknanya, meski berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
“Berbicara bhinneka tunggal ika, sesungguhnya sudah final, tinggal bagaimana merawat dan melestarikannya, sehingga kehidupan kebangsaan kita berjalan penuh kedamaian dan sejahtera,” ucap Denny Prasetya, dalam acara workshop dengan tema “Sikap dan Pandangan Masyarakat di Indonesia Terhadap Toleransi, Kebhinnekaan, dan Kebebasan Beragama” di Kecamatan Wuluhan (07/10/2024).
Namun begitu, Deni tetap mengajak dan mengingatkan kepada masing-masing individu anak bangsa, agar selalu berupaya merawat dan mempertahankan sikap toleransi, saling hormat menghormati di antara kebhinnekaan yang ada.