Inilah 10 Perempuan Hebat yang Pernah Memimpin Kerajaan di Nusantara

20230430 085637 e1682820045212
Pemberian peran kepada perempuan dalam ikut menentukan jalannya pemerintahan sudah dikenal sejak ribuan tahun yang silam di Bumi Nusantara. Ini dibuktikan, setidaknya ada 10 perempuan yang tercatat dalam sejarah pernah menjadi pemimpin di kerajaan-kerajaan Nusantara. (Sumber: laman wongcurahjati)

1. Maharani Shima, Ratu Kerajaan Kalingga (670-730 M)

Ratu Maharani Shima adalah ratu Kerajaan Kalingga atau Holing. Kerajaan ini terletak di daerah Jepara, Jawa Tengah. Ratu Shima bertahta selama 60 tahun, sekitar tahun 670 hingga 730.

Bacaan Lainnya

Ratu Shima dikenal sebagai ratu yang disegani karena menjunjung tinggi dan menempatkan hukum sebagai sandaran utama dalam menjalankan pemerintahan.

Sikap Ratu Shima dalam memimpin kerajaan menjadi panutan rakyatnya. Karena dipandang tegas, jujur, dan tidak pandang bulu dalam menegakkan keadilan.

Siapa pun yang melanggar aturan wajib dihukum, sekalipun yang melanggar aturan adalah keluarganya sendiri.

Ratu Shima meninggalkan tahta kerajaan, digantikan oleh Sanjaya. Cicit Ratu Shima yang bernama Sanjaya ini disebut sebagai pendiri Kerajaan Mataram Kuno.

2. Sri Isyana Tunggawijaya, Ratu Kerajaan Medang.

Ratu Sri Isyana Tunggawijaya adalah putri Mpu Sindok. Ia memerintah Kerajaan Medang tahun 947, setelah kerajaannya pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Suaminya bernama Sri Lokapala, seorang bangsawan dari Pulau Bali.

3. Dyah Tulodong, Ratu Kerajaan Lodoyong.

Ratu Dyah Tulodong adalah ratu Kerajaan Lodoyong (sekarang Tulungagung), Jawa Timur. Dalam prasasti Lintakan, Dyah Tulodong disebut sebagai putri seseorang yang dimakamkan di Turu Mangambil.

Ia dikenal sebagai pemimpin yang perkasa. Di beberapa prasasti Dyah Tulodong disebut sebagai perempuan sakti dari negeri brangkidul (seberang selatan).

Pada tahun 1032, ia berhasil membendung serangan Airlangga dari Kerajaan Kahuripan yang berniat menguasai Lodoyong.

Di beberapa riwayat diceritakan, bahwa pasukan khusus yang dibawa Dyah Tulodong merupakan prajurit-prajurit wanita pilihan.

Pasukan ini dikatakan berhasil memukul mundur pasukan Airlangga dari pusat kerajaan Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan hingga ke Patakan. Peristiwa ini terjadi di tahun 1031.

Namun satu tahun kemudian atau tahun 1032, peristiwa dipukulmundurnya pasukan Kahuripan oleh tentara Lodoyong, menyulut semangat Airlangga untuk kembali menyerang Lodoyong.

Pada peristiwa penyerangan kedua ini, pasukan Airlangga berhasil mengalahkan tentara Dyah Tulodong lewat pertempuran sengit yang terjadi di penghujung tahun 1032.

Pos terkait