“Waktu itu saya punya prinsip. Saya ini seniman, kalau memanjang-manjangkan ini (Camelia), maka akan kehilangan cita rasa seni,” ungkapnya.
Ebiet mengakui, pada album pertama karyanya, dirinya terkesan sebagai orang yang menderita karena mencintai seseorang bernama Camelia, yang kemudian perempuan itu sakit dan mati.
Tapi kenyataannya sampai pada album yang kedua, sosok bernama Camelia ternyata masih ada.
Nama Camelia menurut Ebiet tetap dipertahankan hingga pada album kedua, dan baru mati pada album keempat.
Tetap dimunculkannya nama Camelia ini, kata Ebiet, tidak lebih hanya sebagai sebuah kreatifitas dalam menciptakan sosok emaginatif.
“Yang terjadi adalah, saya menciptakan sosok imaginatif, dan memang hanya itu yang saya mampu, karena saya waktu itu masih muda, sehingga eksplorasi sana sini,” terangnya.
Kreatifitas seni inilah yang kemudian menjadikan sosok imaginatif yang diciptakan Ebier seakan benar-benar ada.
“Ke media pun saya tidak pernah mengiyakan, bahwa sosok Camelia itu manusia betulan. Orang kadung percaya, bahwa Camelia itu ada. Jadi saya tegaskan, Camelia itu tidak ada wujud yang sesungguhnya,” pungkasnya.(*).
