LONTARNEWS.COM. I. Jember – Memberikan pemahaman dan kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat, sebisa mungkin dilakukan secara rutin. Karena hanya dengan cara itu, masyarakat akan lebih paham dan tanggap terhadap gejala-gejala akan terjadinya sebuah bencana
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui kegiatan simulasi tanggap darurat bencana. Upaya ini sebagai bentuk penyegaran bagi Linmas dan masyarakat agar selalu dalam kondisi siap siaga.
“Supaya peran serta mereka dalam upaya penanggulangan bencana senantiasa dalam kondisi siap siaga,” kata Drs. M Djamil, MSi, Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah Kabupaten Jember, yang mewakli Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR. saat pembukaan simulasi tanggap darurat bencana di Lapangan Sukorambi, Kamis (25/7/2019).
Perlunya simulasi digelar secara rutin, lanjut Djamil, agar menjadi suatu pembiasaan bagi masyarakat. Karena dengan begitu, masyarakat akan tahu cara apa yang perlu dilakukan sesuai dengan bencana yang terjadi.
“Pembiasaan itu perlu karena bencana dan ekskalasinya tidak bisa diprediksi. Karena ketika pembiasaan itu terjadi secara terus menerus, maka kesiapsiagaan itu juga akan muncul,” ungkapnya.
Djamil mengatakan, simulasi ini merupakan kegiatan Satpol PP Provinsi Jawa Timur yang diinisiasikan dalam lingkup Kabupaten Jember, dengan melibatkan Satpol PP se-Jawa Timur. Pada kegiatan itu, juga diungkapkan program Pemerintah Kabupaten Jember dalam mengantisipasi tanggap bencana berada di organisasi perangka daerah (OPD) teknis terkait, seperti BPBD dan Dinas Kesehatan.
Dalam kesempatan yang sama, Kasatpol PP Pemprov Jawa Timur, Drs. Budi Santosa, menyampaikan, simulasi ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran bersama dalam tanggap darurat. “Masyarakat harus sadar, kalau bisa tanggap bencana semua,” katanya.
Menurut data yang ada, masih kata Budi, Indonesia merupakan daerah tropis yang berpotensi bencana alam maupun non alam. Di Jatim juga telah terjadi 411 bencana pada tahun 2018.
Sementara di Kabupaten Jember terdapat 12 desa rawan bencana, diantaranya berupa rawan cuaca ekstrem, gunung api, longsor, banjir, gempa bumi, dan tsunami. “12 desa itu mungkin berdampak, makanya kita mengadakan simulasi disini, supaya penanganan risiko bencananya bagus dan masyarakat tanggap bencana,” ungkap Budi.
Budi mengatakan, melibatkan Satpol PP bertujuan untuk menjadikan anggota Linmas lebih terampil. Terlebih di Kabupaten Jember terdapat sekitar 16.000 anggota Linmas.
“Ini luar biasa, saya minta kepada Pak Asisten untuk mencari anak muda milenial supaya gesit dan tanggap terhadap bencana,” ujarnya.
Untuk menghadapi kondisi tanggap darurat bencana, masyarakat harus dilibatkan. Sebab, subyeknya adalah masyarakat dalam membangun Indonesia.
“Yang mengerti permasalahan-permasalahan masyarakat yaitu masyarakat itu sendiri, makanya masyarakat itu harus mandiri,” pungkasnya.(*).