Warga Bangsalsari Dirujuk ke RS Jiwa Lawang Setelah 7 Tahun Dipasung

IMG 20200221 WA0255 e1582724933137
Camat Bangsalsari, Murtadlo, bersama Jajaran Muspika dan Petugas TKSK setempat, saat berkunjung ke rumah keluarga pasien gangguan jiwa yang akan dirujuk ke RSJ Lawang.
IMG 20200221 WA0255
Camat Bangsalsari, Murtadlo, bersama Jajaran Muspika dan Petugas TKSK setempat, saat berkunjung ke rumah keluarga pasien gangguan jiwa yang akan dirujuk ke RSJ Lawang.

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Seorang pria asal Dusun Gumukrejo, Desa Karangsono, Kecamatan Bangsalsari, Ismail, yang telah dipasung selama tujuh tahun oleh keluarganya, akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ), Lawang. Dirujuknya pria yang mengalami gangguan jiwa ke rumah sakit jiwa ini, setelah ada persetujuan dari keluarganya.

“Alhamdulillah, pihak keluarganya bersedia pasien dirawat intensif di RSJ Malang. Insyaallah pekan depan kami bawa ke Malang,” terang Dr. Murtadlo, M.Si, Camat Bangsalsari, Jumat (21/02/2020).

Dirujuknya pasien gangguan jiwa ke RSJ Lawang ini, menurut Murtadlo, sebagai upaya dari Pemerintah Kabupaten Jember untuk mengembalikan kondisi pria itu. Selama ini, pria tersebut dipasung oleh keluarganya selama tujuh tahun.

Pemerintah berupaya merujuk pria berusia 36 tahun itu ke RS Jiwa Lawang untuk mendapatkan perawatan intensif. Upaya ini dilakukan sesuai arahan yang telah diberikan Bupati Jember, dr. Faida, MMR.

Sementara itu Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Bangsalsari, Iga Aprilia Witasari, menjelaskan, pihaknya saat ini sedang menyiapkan semua persyaratan adminstrasinya. “Sekarang kami masih melengkapi semua persyaratannya,” katanya. Sesuai rencana, pasien akan dirujuk pada 2 Maret 2020.

Ega menceritakan, pasien tersebut dipasung sejak tujuh tahun, setelah secara tiba-tiba marah. Karena dianggap membahayakan orang di sekitarnya, pria tersebut akhirnya dipasung.

Awalnya dia ditempatkan di kamar dalam rumah. Namun, karena masih membahayakan anggota keluarga, pasien kemudian dibuatkan ruangan khusus di depan rumah.

Di tempat dengan dinding tembok tersebut, pasien menjalani hari-harinya. “Tidak sampai dirantai, hanya dikunci dari luar,” kata Ega.

Saat melakukan assessment pasien, Ega melihat kondisi pasien cukup stabil. “Pasien saat ini kondisi baik-baik saja. Bisa diajak komunikasi dengan baik. Hanya tidak mau mandi, dan jarang makan sehingga terlihat kurus,” jelasnya.

Pihak keluarga pun kooperatif hingga bersedia pasien dirawat di Malang. Sikap keluarga ini berbeda dari sebelumnya yang bersikukuh akan merawat sendiri.

“Saat ini masih menempati ruangan pasung dengan perawatan dilanjutkan oleh tim RSD dr Soebandi dan Puskesmas Sukorejo,” ungkapnya. (*)

Loading