Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Bukan Sekedar Masalah Kesehatan, Tapi Soal HAM

IMG 20190824 WA0267 e1566725543485
Bupati Jember, dr. Faida. MMR, pada acara Lokakarya Optimalisasi Peran Penakib untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Jember, di Hotel Dafam Lotus, Sabtu (24/8/2019)
IMG 20190824 WA0267
Bupati Jember, dr. Faida. MMR, pada acara Lokakarya Optimalisasi Peran Penakib untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Jember, di Hotel Dafam Lotus, Sabtu (24/8/2019)

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI & AKB) yang baru lahir merupakan konsen untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karenanya, hal itu bukan sekedar masalah kesehatan, tapi juga merupakan upaya pemenuhan hak asasi manusia (HAM).

Bupati Jember, dr. Hj. Faida, MMR, dalam suatu acara mengatakan, urusan angka kematian ibu dan bayi tidak cukup dimaknai dalam peningkatan indeks angka kematian. Tetapi juga peningkatan kualitas manusia di Jember.

“Ini soal hak hidup masing-masing orang di Jember. Hak untuk selamat ketika hamil dan melahirkan. Hak bagi bayi untuk selamat ketika baru lahir di dunia,” terang Bupati Faida, pada acara Lokakarya Optimalisasi Peran Penakib untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Jember, di Hotel Dafam Lotus, Sabtu (24/8/2019)

Dari konsen tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember telah memperbaiki pola program dan kegiatan dengan lebih fokus pada pendampingan dan pelibatan lintas sektor untuk mendampingi proses kehamilan dan persalinan. Kegiatan tersebut diperlukan, karena kebanyakan para ibu hamil tidak menyadari sedang pada posisi risiko tinggi yang perlu menyiapkan diri sebelum memutuskan untuk hamil. “Ini yang akan kita perbaiki. Bukan ketika ada masalah setelah hamil dan melahirkan,” terang bupati

dalam lokakarya optimalisasi peran Penakib untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir di Kabupaten Jember.

Menurut Bupati, anggaran bukan alasan sebagai hambatan. Karena seluruh ibu hamil di Jember berhak mendapatkan BPJS Kesehatan dari pemerintah.

Anggaran itu juga tersedia bagi tenaga profesional yang mendampingi ibu hamil di wilayah hingga ke rumah sakit rujukan. Tim Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Penakib) Jember telah dibentuk dengan melibatkan seluruh dokter obgyn (spesialis obstetri dan ginekologi) dan dokter anak yang ada di Jember. “Mereka sudah berkomitmen bersama untuk penyelesaian masalah ini,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, Kasi KGM pada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dr. Sulvy Anggraini, M.Kes, menyampaikan, salah satu ukuran kemajuan bangsa adalah indeks pembangunan manusianya, dengan sektor kesehatan menjadi salah satu bagiannya.

Sulvy mengatakan, Dinas Kesehatan melihat sektor kesehatan itu dari angka harapan hidup, yang salah satunya adalah angka harapan hidup bagi ibu dan bayi baru lahir. Ia pun mengajak semua pihak untuk terus berupaya melakukan terobosan dalam mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir.

“Kabupaten Jember melakukan suatu upaya terobosan, yaitu adanya audiensi dengan Ibu Bupati untuk optimalisasi forum Penakib Jember,” ujarnya.

Lokakarya diharapkan menjadi dukungan lintas sektor dan peran aktif masyarakat untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Sementara itu, Ketua Tim Penakib, dr. Hud Suhargono, Sp.OG, mengtakan, fokus Penakib pada permasalahan besar yang sering terjadi pada kematian ibu dan bayi lahir. Seperti, melakukan pendekatan risiko dan gawat darurat, memperkuat pencegahan di hulu dan dihilir.

“Forum ini mendukung Dinas Kesehatan, dan bersama-sama melakukan kegiatan menurunkan angka kematian ibu dan bayi,” imbuh Suhargono. (*).

Loading