Tanggal 23 Mei 1928, beberapa organisasi kepanduan seperti, Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS, membentuk federasi “Persaudaraan Antara Pandu Indonesia”, disingkat PAPI.
Pada tahun 1930 beberapa tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu Kebangsaan), merintis berdirinya Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)
Federasi gerakan kepanduan
PAPI yang dibentuk sebelum KBI, kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
Antara tahun 1928–1935, seiring makin meingkatknya rasa kebangsaan, gerakan kepanduan Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang semakin pesat.
Pada masa itu organisasi gerakan kebangsaan dibedakan menjadi dua, yang bernapas kebangsaan dan keagamaan.
Kepanduan yang bernapas kebangsaan seperti:
• Pandu Indonesia (PI)
• Padvinders Organisatie Pasundan (POP)
• Pandu Kesultanan (PK)
• Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI).
Sedangkan yang bernapas keagamaan;
• El-Hilaal
• Pandu Ansor
• Al Wathoni
• Hizbul Wathan
• Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie (IPO)
• Tri Darma (Kristen)
• Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI)
• Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
Maraknya pertumbuhan organisasi gerakan kepanduan, ini mendorong terbentuknya sebuah organisasi yang bisa menaungi seluruh organisasi kepanduan, yaitu Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO).
Saat terjadinya Perang Pasifik dan Jepang berhasil menduduki daerah jajahan Belanda, Indonesia, semua gerakan kepanduan dilarang.
Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia.