Dikutip dari buku “Letkol Moch Sroedji, Jember Masa Perang Kemerdekaan”, karya Indra G Mertowijoyo, peran yang diberikan pasukan Brigade III Damarwulan, sejak pra hingga pasca diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia, tidak hanya di kawasan Karesidenan Besuki saja.
Kesatuan militer dari wilayah timur Jawa Timur, ini juga kerap mengirimkan pasukannya ke lain daerah.
Seperti pengiriman pasukan dalam Peristiwa 10 Nopember 1945. Pada pertempuran yang dikenal dengan sebutan Perang Surabaya, ini pasukan dari eks Karesiden Besuki ditempatkan di front Mojokerto Selatan, Pandaan, Buduran, Sidoarjo.
Demikian pula pada peristiwa Kerawang – Bekasi, Brigade III Damarwulan (Resimen 40/TRI/Damarwulan/Divisi VII Suropati) juga mengirimkan pasukannya.
Saat hijrah ke wilayah Republik Indonesia, pasukan Brigade III Damarwulan, di bawah Letkol Moch Sroedji, berhijrah ke daerah Kediri, sebagian di Blitar.
Saat Agresi Militer Belanda I, satuan pasukan di wilayah timur Jawa Timur ini melakukan penghadangan terhadap tentara Belanda yang mendarat di Situbondo dan Banyuwangi.
Penghadangan oleh pasukan Brigade III/Damarwulan, karena diketahui, Belanda bermaksud menguasai kawasan Karesidenan Besuki yang kaya akan sumber daya alam (perkebunan tebu, karet, kopi, kakao).