Brigade Damarwulan, Pasukan di Ujung Timur Pulau Jawa dalam Kancah Perang Kemerdekaan

Letkol Moch Sroedji, Komandan Brigade III Damarwulan, dan Letkol dr R Soebandi, Residen Militer Karesidenan Besuki.

Namun seiring terjadinya perubahan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 25 Januari 1946, kedua resimen tersebut dilebur menjadi satu dengan nama Resimen 40/TRI/Damarwoelan/Divisi VII Suropati di bawah Kolonel Ki Tahiroedin Tjokroatmodjo.

Kepemimpinan di kesatuan Resimen 40/Damarwoelan ini di kemudian hari dipergantikan dari Kolonel Ki Tahiroedin Tjokroatmojo kepada Letkol Prajoedi Atmosoedirdjo.

Bacaan Lainnya

Selanjutnya, seiring memanasnya situasi di daerah Jawa Tengah ketika itu, pada tanggal 17 Desember 1948, kembali terjadi pergantian kepemimpinan pada Resimen 40/Damarwoelan, dari Letkol Prajoedi Atmosoedirdjo kepada Letkol Moch Sroedji.

Kepemimpinan Letkol Moch Sroedji pada Resimen 40/Damarwulan ini terus berlanjut hingga terbentuknya Brigade III Damarwulan Divisi 1, di lapangan Koak, Kediri, 17 Desember 1948.

Cikal bakal satuan militer di kawasan Karesidenan Besuki ini pembentukannya mengikuti protipe Kesatuan Pembela Tanah Air (Peta) yang ada sebelumnya.

Ketika itu, di wilayah eks Karesidenan Besuki terdapat lima batalyon PETA, di Kencong dan Bataan (Jember), Sukowidi dan Benculuk (Banyuwangi), serta satu batalyon PETA di Bondowoso.

Kolonel Soerodjo Mangoenprawiro, Komandan Resimen IV/TKR/Divisi VII yang Pertama

Lalu apa saja yang telah dilakukan Brigade III Damarwulan dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia ?.

Loading

Pos terkait